Sardis, Filadelfia, Laodikia

Michael Mangowal
10 min readApr 20, 2021

--

Gambaran Umum

Pada permulaan sejarah gereja kristen, persoalan tidak seperti yang terjadi di Jemaat pergamus yang berkembang ketika praktek kekafiran mulai memasuki kedalam praktek dan kebiasaan orang kristen.

Yohanes melihat kesamaannya dalam pengalaman umat kristen di jemaat Tiatira dan pengalaman bangsa Israel di masa perjanjian lama. Dia menggunakan pengalaman pengalaman tersebut untuk menggambarkan apa yang sekarang terjadi kepada mereka.

Kunci penting untuk mengerti kitab wahyu adalah dengan melihat pengalaman bangsa Israel di perjanjian lama, dalam bahasa dan perlambangan yang Yohanes gunakan untuk menerangkan apa yang sedang terjadi kepada umat Kristen.

Nasihat kepada jemaat Sardis, Filadelfia dan Laodikia menjadi tantangan bagi para pengikut Yesus untuk tetap setia aktive dan penuh komitmen.

Nasihat Kepada Sardis

Baca Wahyu 3:1–6

Sejak awalnya, nada surat ini sudah berbeda. Tidak ada pujian, hanya teguran yang keras.

Gereja ini mendapat banyak pujian dari orang-orang; ini adalah gereja yang sangat dihormati. Kita tidak mendengar masalah perihal pengajaran dari Bileam, Nikolaus atau Izebel.

Namun Allah memandang dengan cara yang berbeda. Gereja ini terkenal sebagai gereja yang penuh semangat; namun pada kenyataannya, adalah mati (lihat Wahyu 3: 1). Gereja ini dihimbau untuk segera bangun sebelum terlambat. Masalahnya yang terjadi di sini adalah jauh lebih buruk daripada di Thyatira.

Dalam beberapa hal, nasihat ini juga tercermin dalam sejarah dari kota itu sendiri. Sekarang ini, kota Sardis berdiri di sebuah lembah yang subur. Sekitar 600 tahun sebelum surat ini ditulis, Sardis adalah salah satu kota terbesar di dunia kuno.

Dahulu pernah menjadi ibukota kekaisaran Lydian, yang diperintah oleh Croesus yang sangat kaya. Namun kejayaan di dunia kuno itu hilang. Kemuliaan, kekuasaan dan kekayaan nya hanya ditemukan di masa lalu.

Reruntuhan candi tempat pemujaan kepada dewa artemis, dewa utama di sardis

Sejarah Kota Sardis

Sebagian orang tidak mengotori pakaian mereka (lihat Wahyu 3: 4). Mereka mengatakan bahwa mereka akan berjalan dengan Yesus memakai jubah putih. Inilah pakaian yang kita terima ketika kita menerima Kristus.

Di sini kita temukan gambaran umat yang sisa. Banyak yang merasa nyaman berada dalam kelompok mayoritas. Namun di masa-masa yang sangat sulit, selalu ada bertahan untuk tetap setia.

Beberapa kisah dari Perjanjian Lama menjadi contoh.

  • Pada kisah nabi Nuh, apakah anda akan bergabung masuk kedalam Bahtera?
  • Ketika nabi Elia berdiri sendiri berhadapan dengan para nabi Baal bersama para pengikutnya, apakah anda akan berdiri disisi Elia?

Kita tidak dapat mengukur kebenaran dengan suara mayoritas. Untuk urusan iman, kelompok mayoritas biasanya salah.

Seperti halnya jemaat di Sardis, kita juga melihat suatu periode dalam sejarah ketika mayoritas gereja sedang tertidur dan harus dibangunkan. Gereja telah kehilangan pesan Injilnya sehingga Alkitab terkunci didalam bahasa yang mati.

Panggilan untuk bangun datang dalam bentuk “Reformasi.” Pria dan wanita pemberani mempertaruhkan hidup mereka ketika mereka mencoba untuk membangkitkan gereja dari tidur dan kematian formalisme.

Mereka menemukan kembali Injil dan menempatkan Alkitab dalam bahasa rakyat umum. Hal ini dimungkinkan oleh adanya teknologi mesin percetakan. Banyak dari dunia Kristen yang terlibat dalam konflik reformasi kerohanian ini.

Akhirnya, gencatan senjata terjadi dan banyak gereja-gereja baru yang muncul. Sayangnya, setelah para reformis meninggal, kembali formalisme yang kaku mulai merasuk kembali kedalam gereja.

Bahkan di saat yang paling kelam, ketika sebagian besar umat meninggalkan Sang Pencipta, selalu ada beberapa yang tetap setia kepada Allah.

[gambar dari Huguenot di selatan Prancis: menara Constance dan Marie Durant.]

Nasihat Kepada Filadelfia

Kota kuno Philadelphia adalah kota makmur yang terletak di jalur pos Kekaisaran Romawi.

Nama “Philadelphia” berarti “kasih persaudaraan,” dan kota itu dibangun menjadi kota untuk promosi bahasa dan budaya Yunani .

Tetapi seorang sejarawan menyebutnya sebagai “kota gempa bumi” karena lokasi geografisnya membuatnya sering dilanda gempa. Gempa bumi yang sama yang melanda Sardis di 17AD juga memukul Philadelphia, hampir sepenuhnya menghancurkan kota itu.

Seperti Sardis, kota Philadelphia dibangun kembali dengan hanya menyisakan sedikit bagian kota kuno, sebuah kota modern bernama Alasehir dibangun di atas lokasi kota kuno tersebut. Penggalian dilakukan di lokasi kota tua sehingga akhirnya, lebih banyak bagian dari struktur kuno yang terungkap.

Hebatnya, tidak ada teguran terhadap gereja ini. Yang ada hanya pujian.

Sama seperti Smyrna, Philadelphia berada dalam kondisi spiritual terbaik dari seluruh tujuh gereja tersebut.

Wahyu 3: 7 dan 8 menyebutkan “kunci Daud.” Yesus menyatakan diri-Nya sebagai yang memegang kunci Daud. Dia memiliki kewenangan untuk membuka dan menutup, menjadikan Dia sebagai orang yang mengontrol pintu masuk ke istana kerajaan, tempat di mana otoritas kerajaan berpusat.

Bahasa pada ayat ini didasarkan pada Yesaya 22:22, yang mengatakan Elyakim: “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka “

Tentang Sanherib

Dalam surat kepada jemaat di Philadelphia, Yesus adalah yang memiliki kekuasaan penuh dan akses kedalam perbendaharaan surgawi. Inilah sebabnya mengapa Dia mampu membuat janji yang indah kepada gereja ini.

Seperti halnya di Smyrna, anggota jemaat di Philadelphia mengalami konflik dengan sinagoga setempat. Kelihatannya orang-orang Kristen di Philadelphia menyadari bahwa mereka putus hubungan dengan rumah ibadat (synagog), dan mereka merasa ragu apakah mereka juga telah kehilangan tempat mereka di surga.

Yesus meyakinkan gereja di Philadelphia bahwa Dia-dan hanya Dia sendiri — yang menentukan siapa yang dapat memasuki rumah Allah. Dia adalah pintu yang terbuka. Selama orang tetap menjalin hubungan dengan-Nya, posisi mereka aman bersama Tuhan.

Karena mereka telah menuruti janji Yesus dan tidak menyangkal nama-Nya, Yesus memberikan janji-janji yang indah untuk mereka:

  • Dia memberikan dihadapan mereka, pintu yang terbuka, dimana tidak ada seorangpun yang dapat menutupnya. Banyak komentator merenungkan apa artinya. Kebanyakan melihatnya sebagai pintu kesempatan bagi pekerjaan misionaris. Paulus juga menggunakan ekspresi yang sama dalam 1 Korintus 16: 9.
  • Janji lain menyangkut orang-orang yang berpura-pura Yahudi yang pada akhirnya di permalukan (lihat Wahyu 3: 9). Mereka adalah musuh Filadelfia yang suatu hari kelak akan menyadari bahwa Allah menyertai orang Kristen Filadelfia.
  • Sebuah janji selanjutnya adalah untuk sabar bertahan dengan melakukan perintah-perintah Allah. Mereka akan dilindungi pada hari pencobaan yang akan datang (lihat Wahyu 3:10).Istilah “masa pencobaan” berlaku untuk masa penghakiman Allah yang berlaku pada musuh-Nya dan musuh-musuh dari para umat-Nya.

Pusat Pengabaran Injil

Letak kota Philadelphia secara geografis dimaksudkan sebagai cara untuk menyebarkan budaya bangsa Yunani. Tetapi juga menjadi pusat penyebaran Injil. Seperti halnya semua gereja-gereja lain, pengalaman mereka dapat digambarkan didalam era sejarah besar gereja Kristen:

  • Zaman para rasul adalah masa ketika kemajuan besar terjadi dalam menyebarkan kabar baik tentang Yesus.
  • Abad ke-18 dan ke-19 adalah masa upaya-upaya besar misionaris Protestan.
  • Sekarang ini, banyak kawasan di dunia mencerminkan pengalaman Filadelfia, seperti China, Afrika, Asia Selatan, Amerika Latin dan banyak negara kepulauan Pasifik.

Sebelum Yesus datang kembali, akan ada pengalaman Filadelfia lebih besar ketika Injil dikabarkan ke seluruh dunia (lihat Matius 24:14).

Janji-Nya

Kesulitan yang dihadapi dengan sinagoga lokal membuat anggota gereja Filadelfia meragukan akses mereka kepada Allah. Nasihat kitab Wahyu kepada gereja meyakinkan mereka bahwa saluran hubungan mereka terhadap Allah terjadi didalam Yesus Kristus. Yesus memegang kunci Daud dan Dia membuka pintu ke surga bagi mereka. Dia akan menjadikan mereka seperti pilar di Bait Allah, selalu menjadi bagian dari lingkaran dalam Tuhan Yesus.

Allah berjanji untuk menjadikan kita sebagai pilar didalam rumah Allah (lihat Wahyu 3:12). Ini adalah bahasa kaabah Perjanjian Lama, yang digunakan di seluruh Wahyu. Kita akan menemukan hal-hal ini ketika kita melihat ruang takhta Allah.

Seperti yang telah kita lihat, dalam setiap khayal didalam Wahyu dimulai dengan pemandangan suasana didalam Kaabah surgawi, dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan Kaabah duniawi dan juga menggambarkan realitas surgawi.

Kitab Wahyu penuh dengan gambaran kaabah surgawi dan menggambarkan bahwa umat Allah akan melakukan pelayanan imam di hadapan-Nya siang dan malam di Bait Suci-Nya (Lihat Wahyu 7: 15–17, 22: 2–5).

Termasuk dalam janji tersebut kepada Philadelphia adalah tempat tinggal permanen di bagian terdalam dari kaabah surgawi.

Orang Kristen akan selalu berada di hadapan hadirat Ilahi. Hal Ini berarti mereka akan memiliki peran utama dalam pemerintahan alam semesta (lihat Wahyu 3:21).

Meskipun dibumi ini sering di hina dan lemah , umat Allah akan diangkat ke tempat tertinggi sepanjang masa kekekalan.

Nasihat Bagi Laodikia

Baca Wahyu 3:14–22

Dalam masing-masing dari Tujuh Surat tersebut, Yesus menekankan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap gereja pada segala zaman.

  • Efesus-untuk kembali kepada kasih yang mula-mula.
  • Smyrna-berpegang teguh didalam penganiayaan.
  • Pergamum-untuk tidak kompromi perihal iman.
  • Thyatira-untuk tetap setia ditengah lingkungan yang penuh kejahatan.
  • Sardis-untuk memperkuat apa yang masih tersisa.
  • Philadelphia-untuk melihat pintu terbuka kesempatan untuk menyebarkan kabar baik tentang Yesus.
  • Laodikia- agar menjadi Kristen yang tulen

Nama Laodikia berarti “pemeriksaan/pengadilan umat manusia.”

Anehnya, tidak ada kemurtadan atau ajaran sesat, atau bahkan “Izebel” — namun Yesus tidak dapat menemukan sesuatu hal yang baik yang dapat diungkapkan dari gereja ini.

Jemaat di Laodikia tidak menarik dan tidak berguna, sama seperti bagian suam-suam kuku dari air kolam. Mereka merasa puas dengan perbuatan yang biasa-biasa saja bukan yang terbaik bagi Tuhan.

Yesus menanggapi dengan cara yang menarik atas kurangnya komitmen jemaat Laodikia: “Aku ingin muntah ketika Aku melihat engkau.” Ini adalah hinaan yang serius. Laodikia adalah gereja yang berada dalam masalah.

Tawaran Yesus kepada Laodikia

Bagian kedua dari tegoran Yesus terhadap gereja Laodikia adalah bahwa mereka suka menipu diri sendiri : apa yang mereka ucapkan berbeda dengan keadaan mereka yang sebenarnya.

Laodikia buta atas kondisi mereka yang sebenarnya, mereka tidak hidup dalam realitas:

“Engkau berkata, ‘Aku kaya; Aku telah memperoleh kekayaan dan tidak perlu apa-apa. ‘ Tetapi Engkau tidak menyadari bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang “(Wahyu 3:17).

Dalam banyak hal, Laodikia — kaya akan harta, tetapi miskin rohani — adalah kebalikan dari Smyrna, yang benar-benar miskin tapi kaya secara rohani.

Ternyata, lebih mudah untuk menangani kematian rohani daripada sikap masa bodoh. Yesus menasihati gereja bahwa inilah saatnya bagi mereka untuk melakukan perubahan perihal kesungguh-sungguhan mereka. Dia meminta mereka untuk membeli daripada-Nya hal-hal yang mereka pikir mereka tidak butuhkan:

“maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.”(Wahyu 3:18).

Apakah Laodikia perlu emas?

Tidak. mereka pikir mereka sudah kaya. Tetapi Yesus menawarkan kepada mereka kekayaan spiritual (“emas yang dimurnikan dalam api”) yaitu, “emas murni” tanpa campuran unsur lainnya.

Di tempat lain didalam kitab Wahyu, emas dibicarakan secara harfiah (lihat Wahyu 17, 18 dan 21). Satu-satunya tempat di mana emas digunakan secara kiasan dalam Perjanjian Baru dapat membantu kita memahami tawaran ini kepada Laodikia:

“Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1 Petrus 1: 7).

Menurut Petrus, “emas” adalah iman yang sudah teruji dan dapat dipercaya yang dapat bertahan sampai akhir.

Sebuah hubungan kasih dibangun atas dasar kepercayaan

Sebelumnya dalam surat kepada Sardis (lihat Wahyu 3: 4, 5) kita menemukan makna pakaian putih yang Yesus tawarkan kepada Laodikia.

Di sini, Jubah putih adalah realitas atau kenyataan baik sekarang maupun masa depan. Jubah Putih ditawarkan bagi orang-orang yang hidup pada akhir sejarah bumi selama pertempuran Armageddon:

“Lihatlah, Aku datang seperti pencuri! “Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya. “(Wahyu 16:15).

Pakaian mewakili pakaian keselamatan. Mengenakan pakaian adalah untuk menjadi benar dihadapan Allah.

Selama pelayanan-Nya di dunia, Yesus menceritakan sebuah kisah tentang orang-orang yang ingin masuk kedalam acara pernikahan tanpa pakaian pernikahan. Tetapi supaya dapat masuk, mereka harus mengenakan pakaian pesta pernikahan (lihat Matius 22: 11–14).

Gambaran pernikahan atau perkawinan sering digunakan dalam Wahyu untuk menggambarkan pengalaman yang menyenangkan yang terjadi bagi mereka yang berada dalam hubungan yang benar dengan Allah.

Masa yang paling bahagia dalam Pernikahan adalah ketika cinta yang mendalam dan saling percaya merupakan dasar suatu ikatan. Hal ini memungkinkan pasangan tersebut untuk saling mendukung satu sama lain ketika menghadapi masa sulit.

Para pengikut Yesus digambarkan sebagai “pengantin Anak Domba” (lihat Wahyu 19: 7, 8). Mereka berpakaian putih, yang mana Yohanes gunakan dalam kitab Wahyu untuk menggambarkan orang-orang yang benar-benar milik Yesus.

Tuhan ingin menyatakan kepada kita bagaimana caranya untuk menjadi seorang pengikut Yesus yang sejati, hal itu lebih berkaitan dengan kasih yang mendalam dan hubungan saling percaya dibandingkan hal apa pun didunia. Hanya ketika kita memiliki kasih dan percaya yang seperti ini, dapat membuat kita bisa benar-benar bahagia.

Bila kita berada dalam hubungan yang benar dengan Allah melalui Yesus akan menghasilkan semua sukacita seperti yang digambarkan dalam pesta pernikahan.

Persembahan Kasih berikutnya

Mengingat seriusnya masalah yang dihadapi Laodikia, Yesus menawarkan nasihat lebih lanjut untuk gereja di Wahyu 3.

1. Jadilah sungguh-sungguh dan bertobat (ayat 19).

Yesus dapat berbicara dengan tegas, karena kasih adalah sumber dari disiplin-Nya. Allah dengan jelas menggambarkan gereja yang paling setia dan gereja-gereja yang kurang setia setidaknya dengan ukuran Kasih.

Diantara seluruh ketujuh jemaat, Kasih hanya ditawarkan kepada Philadelphia dan Laodikia.

Tetapi, untuk Laodikia, Kasih-Nya dinyatakan dalam bentuk disiplin dan teguran. Dia datang dan mengetuk pintu, ingin agar mereka mengundang Dia masuk:

“ Lihat ! Aku berdiri di muka pintu dan mengetok. jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. “(Wahyu 3:20)

2. Menjaga pandangan mereka agar fokus pada hadiahnya (ayat 21).

Jika Laodikia mau membuka pintu, mereka akan dapat duduk di meja di kerajaan surgawi untuk makan dalam persekutuan. Mereka akan mendapat tempat di tahta Yesus.

3. Yang terakhir, dengarkan suara Roh Kudus (ayat 22).

Jika Laodikia mendengarkan suara Roh Kudus, mereka akan dibebaskan dari cara berpikir yang salah, sadar akan keadaan mereka dan menjadi setia kepada Yesus.

Nasihat kepada Laodikia : undangan yang indah bagi semua.

Apakah jemaat di Laodikia terhubung dengan sejarah gereja Kristen secara umum?

Seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya, pengalaman spiritual dari ketujuh jemaat sering kali menggambarkan , sebuah era dalam periode sejarah gereja.

Jika interpretasi ini benar maka gereja Laodikia bisa mewakili era dimana kita hidup sekarang ini yang bergumul dengan masalah keaslian.

Selanjutnya kita akan melihat hubungannya dengan Wahyu 16:15, yang merupakan bagian dari penjelasan mengenai Armageddon. Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes sendiri melihat gambaran di Laodikia sebagai contoh bagaimana keadaan gereja sebelum Yesus datang kembali.

Gereja akhir zaman ini sangat aktive dan melakukan banyak pekerjaan yang besar, namun seringkali tidak memiliki hubungan yang akrab dari hati ke hati.

Adalah bijaksana apabila kita menyadari bahwa gereja terakhir didalam sejarah dunia, mungkin adalah gereja yang paling banyak masalah. Jika anda adalah bagian dari gereja itu, jelas sekarang lah waktunya untuk berpikir jernih tentang segala akibatnya.

Wahyu 3:17 memberitahu kita tentang perlunya orang Laodikia agar sadar atas ketelanjangan mereka secara rohani.

Hal Ini juga menyadarkan orang-orang untuk menerima kehidupan Yesus yang tidak berdosa menggantikan kehidupan mereka yang salah. Yang pasti, ayat 19–21 adalah undangan yang sangat indah.

Struktur Kiasme (Huruf Yunani X / Key)

Penulis : Dr. Jon Paulien & Dr. Graeme Bradford

Penterjemah : Michael Mangowal

Lanjut Episode#6 Singa Anak Domba & Takhta Allah

--

--

No responses yet