Pergamus & Tyatira

Michael Mangowal
16 min readApr 20, 2021

--

Pergamus

Nasihat Bagi Pergamus

Baca Wahyu 2:1217

Nasihat kepada jemaat di Pergamus merupakan teguran langsung : “Aku tahu di mana engkau tinggal — ditempat tahta Iblis ,” kata Yesus.

Disini sedang terjadi pertentangan doktrin. Gereja ini berada di tengah kubu paganisme dan dalam bahaya kehilangan pengajaran yang benar.

Ada tiga hal Yesus tulis tentang gereja ini:

1. Mereka tinggal di tempat yang berbahaya.

2. Mereka tetap setia dalam nama Kristus.

Salah satu dari mereka — yaitu Antipas — telah dihukum mati. Tidak ada yang kenal siapa dia tetapi namanya memiliki makna yang menarik yaitu “melawan semua orang.” Hal ini cocok dengan sebutan atau panggilan khas “Non-Yahudi” terhadap umat Kristen yaitu bahwa orang Kristen adalah “pembenci umat manusia.” Orang-orang dari Kekaisaran Romawi memberi sebutan itu kepada orang Kristen karena mereka menolak untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk upacara agama masyarakat sebagai bukti warga negara Romawi yang baik.Setidaknya, banyak orang Kristen dianggap sebagai antisosial dan kehadiran mereka dianggap sebagai kutukan dalam masyarakat.

Sementara Alkitab tidak memberikan rincian, gubernur Romawi mungkin mengeksekusi Antipas karena menjadi seorang Kristen. Pengadilan dalam kasus Antipas ‘mungkin salah satu yang dijelaskan 15 tahun kemudian oleh Gubernur Pliny dalam sebuah surat kepada Kaisar Trajan:

“Saya telah bertanya kepada terdakwa apakah mereka adalah orang Kristen. Jika mereka mengaku Kristen, saya tanya untuk kedua dan ketiga kalinya, dengan ancaman hukuman. Mereka yang tetap bertahan saya perintahkan untuk dieksekusi, karena saya sangat yakin , apapun agama yang mereka anut , mereka pantas dihukum karena sikap keras kepala dan sikap tidak fleksibel mereka. . . . Saya bebaskan mereka yang menjawab bahwa mereka bukan atau tidak pernah menjadi Kristen, dan yang di hadapan saya menyembah para dewa dan mempersembahkan anggur dan dupa dihadapan patung [Trajan] , dan terutama mengutuk Kristus, dimana yang saya dengar tidak ada orang Kristen sejati yang mau melakukan hal itu. “

Trajan Kaisar Roma

Trajan menjawab bahwa pihak penguasa tidak boleh mengejar orang-orang Kristen atau mengadili mereka tanpa alasan. Jika dibawa secara terbuka kehadapan gubernur, bagaimanapun, para pejabat harus menangani mereka seperti yang telah dijelaskan oleh Pliny. Mungkin tetangga sekitar Antipas , baik Yahudi atau bukan Yahudi- yang menuduh Antipas kepada gubernur. Bayangkan tempat di mana Anda hidup, tanpa sadar mungkin tetangga melaporkan iman kepercayaan Anda kepada pihak berwenang!

3. Mereka mengalami masalah dalam gereja.

Ayat 14 menjelaskan permasalahannya:

“Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.”

Toleransi terhadap ajaran-ajaran palsu

Beberapa anggota dari gereja di Pergamus mengikuti ajaran Bileam — artinya, beberapa dari mereka telah menjadi toleran terhadap ajaran dan perilaku yang sesat. Mereka tidak menyangkal Kristus, tetapi, pada saat yang sama, mereka berkompromi terhadap ajaran-ajaran sesat.

Beberapa orang percaya di Pergamus berpartisipasi dalam festival kafir dan memakan makanan yang ditawarkan kepada berhala. Orang Kristen terperangkap dalam cara hidup orang kafir dan mengajak orang Kristen lainnya untuk bergabung dengan mereka.

Ingat sesi sebelumnya, yang membahas surat kepada jemaat di Efesus?Dalam ayat 15, kita memiliki referensi lain tentang para pengikut Nikolaus. Di sini, istilah Nikolaus digunakan secara paralel dengan Bileam. Nikolaus adalah nama orang Yunani dan Bileam adalah nama Ibrani. “Nikolaus” berarti “orang yang menaklukkan orang-orang” dan “Bileam” berarti “orang yang menelan orang-orang.” Sementara jemaat di Efesus tidak suka akan cara hidup pengikut Nikolaus, jemaat di Pergamus justru menerima mereka dengan bertoleransi.

Nasihat penting dalam surat kepada jemaat Pergamus adalah mengenai bahaya mengorbankan iman Kristen dengan ajaran palsu. Mengapa ajaran palsu berbahaya?

Orang-orang Kristen di Pergamus mengorbankan keyakinan mereka kepada penyembahan berhala. Kompromi adalah hal yang licik. Sangat menyenangkan untuk mejadi orang terpandang. Tetapi bagi Yesus hal tersebut tidak ada artinya. Itulah sebabnya mengapa ada panggilan untuk pertobatan dalam ayat 16.

Janji bagi mereka yang menang

Seiring dengan panggilan kepada pertobatan, ada janji yang indah diberikan dalam ayat 17:

“Kepada mereka yang menang, Aku akan memberikan manna yang tersembunyi.Aku juga akan memberinya batu putih dengan nama baru yang ditulis di atasnya, yang hanya diketahui oleh orang yang menerimanya. “

Manna tersembunyi Orang-orang Israel diberi makan manna sebagai makanan ketika mereka mengembara di padang gurun.Untuk mengingatkan mereka tentang bagaimana Allah yang telah memelihara mereka, dilambangkan dengan manna yang tersimpan didalam mangkok di bilik yang kudus. Dan, dalam Yohanes 6:33, Yesus berkata Ia adalah manna yang turun dari surga.

Batu putih Dalam beberapa proses pengadilan kuno, hakim akan memberikan batu putih untuk pembebasan atau batu hitam kepada yang bersalah. Batu putih melambangkan kebaikan Allah terhadap orang-orang yang setia.

Nama baru Dalam bahasa Ibrani, nama dianggap mewakili karakter seseorang. Dalam beberapa cerita Perjanjian Lama, Allah mengubah nama seseorang sebagai tanda bahwa sekarang mereka memiliki hubungan yang baru dengan-Nya.

Sifat kompromi yang terjadi di Pergamus secara perlahan mulai menjadi hal yang biasa pada abad-abad permulaan gereja Kristen. Budaya kafir disekitar mereka telah memberikan pengaruh besar pada gereja Kristen.

Gereja yang baru bertumbuh di Kekaisaran Romawi di Pergamus pada awalnya menolak berkompromi dengan praktek kekafiran dan tetap setia kepada Kristus.

Namun, penulis Perjanjian Baru meramalkan bahwa kompromi akan mengancam mereka dan sering kali sifat mudah berkompromi menguasai mereka .

Dalam 2 Petrus 2: 1 − 3, beberapa dari murid-murid Yesus dan pemimpin Kristen yang mula-mula , menghubungkan pengalaman orang Israel seperti yang tercatat dalam Perjanjian Lama, dan membandingkan pengalaman tersebut dengan apa yang diperkirakan akan terjadi terhadap gereja Kristen.

Seorang pemimpin gereja Kristen yang mula-mula berbicara tentang guru-guru palsu dan pengajaran palsu ajaran yang akan menyebabkan orang kehilangan pegangan mereka pada Kristus dan kemudian hilang. Dia juga memprediksi bahwa kebenaran akan dibawa ke dalam kehinaan. Dan hal ini benar terjadi di abad-abad awal era Kristen.

Banyak gereja Kristen mengikuti cara orang-orang di Pergamus. Pemujaan matahari dalam bentuk Mithraisme sangat kuat dipraktekkan di lingkungan Kekaisaran. Beberapa orang Kristen merasa mereka bisa memenangkan orang-orang kafir kepada Kristus jika mereka mengadopsi beberapa praktek kekafiran.

Tampaknya kemajuan pertumbuhan gereja sangat pesat ketika Kaisar Konstantinus mengaku menjadi orang Kristen pada abad keempat. Namun hal itu dibayar dengan harga yang mahal . Jacquetta Hawkes, seorang sarjana Inggris, menyatakan:

“Orang-orang Kristen pada tiga abad pertama telah menentang sikap bertoleransi dan kompromi terhadap kepercayaan lain, dan mereka telah dengan sukarela menderita sebagai martir mengalami penganiayaan karena menolak mempersembahkan sejumput dupa ke altar kekaisaran. Namun seperti pengalaman sejarah, hal yang ironi sering terjadi, bahkan saat mereka berjuang secara heroik , pada sisi lainnya mereka disusupi pengajaran yang salah. . .. Tidak bisa lagi pemimpin Kristen mempertahankan Iman, perbaktian, dan jemaat mereka secara eksklusif seolah burung yang membangun sarangnya secara eksklusif dengan bulu sendiri, tanpa berkompromi dengan pengajaran dari lingkungan Yunani-Romawi. . . mungkin sebagian besar dari orang Kristen terlibat dalam penyembahan dewa matahari melalui Mithraisme. . . . Sebagian Kekaisaran menjadi Kristen dan sebagian dari gereja menjadi kafir. . . . Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pada abad keempat dan untuk beberapa tahun kemudian, bagi kebanyakan orang di kerajaan-kerajaan di Barat sulit membedakan antara praktek KeKristenan dan praktek penyembahan matahari .

“J.Hawkes, Man and The Sun, The Cresset Press, London, 1962, pages 200,201”

Kaisar Constantine. Di sini Anda dapat melihat lukisan pertobatan Constantine menjadi Kristen. Anda dapat melihat bagaimana ia merubah gambar salib, dikelilingi oleh matahari. Constantine merangkul kedua agama tersebut dan menyatukan mereka bersama-sama.Dia mencetak koin dengan gambar dewa Mithra di satu sisi dan gambar Kristus di sisi lain. Dalam mosaik zaman Constantine ini, anda dapat melihat Kristus digambarkan sebagai “Helios,” dewa matahari yang naik ke surga. Tetapi tidak semua orang Kristen mengikuti cara ini; beberapa dari mereka tetap setia kepada Kristus. Kita akan pelajari hal ini ketika kita sampai pada sesi Wahyu 12.

Pada dasarnya, Nasihat kepada Pergamus adalah:

  • Bertobat.
  • Berpaling dari kesalahan.
  • Ikut jalan Allah.

Lalu kemudian apa yang menyebabkan kita bertobat?

Menurut Roma 2: 4, yaitu adalah kebaikan Allah.

Nasihat kepada Tiatira

Baca Wahyu 2:18–29

Ini adalah nasihat yang panjang. Jemaat di Tiatira adalah jemaat yang terpecah, yang pekerjaan akhirnya lebih baik dibandingkan pekerjaan sebelumnya. Tiatira menerima banyak pujian dan juga banyak tegoran.

Tiatira adalah kota yang terkecil dan yang kurang penting dibandingkan tujuh kota lainnya yang dibahas dalam kitab Wahyu. Kota industri manufaktur, yang terkenal dengan kerajinan tembikar nya. Namun hari ini, ada suatu hal yang kita dapatkan dari kota tua tersebut. Kota ini telah berkali-kali hancur dalam perang antara Kristen melawan Islam. Dan sekarang ini, diatasnya telah dibangun sebuah kota modern yaitu kota Akhisar.

Kepemimpinan yang korup membawa kepercayaan yang korup juga

Gereja Thyatira dijelaskan oleh Yesus sebagai gereja yang aktif: penuh kasih , iman dan pelayanan yang meningkat setiap waktu. Tetapi masalah terbesar adalah bahwa mereka mentoleransi kepemimpinan yang jahat (lihat ayat 20). Ada seorang wanita yang disebut Yohanes sebagai Izebel. Dia mengaku sebagai nabi dan menyesatkan banyak orang.

Ayat 20 dan 21 menggambarkan keadaannya: “Namun demikian, Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah. Dengan ajarannya dia menyesatkan hamba-Ku ke dalam percabulan dan makan makanan persembahan berhala. Aku telah memberi waktu bagi dia untuk bertobat dari amoralitas, tapi dia menolak. “

Siapapun dia, dia kelihatannya mewakili cabang Thyatira dari kelompok yang disebut “Nikolaus” dan “orang-orang yang berpegang pada ajaran Bileam” (lihat ayat 14, 15).

Ketiga nama tersebut ( Izebel, Nikolaus dan Bileam) memiliki dua masalah yang sama yaitu: makan makanan yang ditawarkan kepada berhala dan melakukan perzinahan. Ketika anda mempelajari tulisan-tulisan Kristen abad kedua, dua isu utama yang sama tersebut selalu muncul.

Izebel, ratu orang Phoenicia, mencoba mencampur agama orang Israel dengan penyembahan kepada Baal

Kewajiban masyarakat yang dituntut oleh Roma

Kekaisaran Romawi menuntut semua orang non-Yahudi untuk berpartisipasi dalam agama sipil. Bangsa Romawi memberikan toleransi terhadap segala macam praktik keagamaan tidak peduli apapun agama anda atau dari mana anda berasal, mereka mengharapkan anda untuk juga mengambil bagian dalam upacara-upacara dan acara-acara publik dari masyarakat Romawi. Tidak peduli apa agama anda, adalah bagian dari tugas dan kewajiban anda sebagai warga negara untuk ikut berpartisipasi .

Konsekuensi serius diberikan bagi mereka yang tidak berpartisipasi, walaupun tanpa hukuman mati. Misalnya, mereka akan dikucilkan dari serikat perdagangan, yang merupakan jaringan penting jika ingin membangun bisnis mereka.

Mereka akan kehilangan pengaruh mereka pada pengembangan masyarakat atau tidak mendapat promosi kenaikan jabatan. Akibatnya, mereka yang menghindari agama sipil Romawi menjadi miskin, sebagai orang yang terbuang dari lingkungan sosial.

Bagi dunia Barat sekarang ini, kekayaan dan keamanan tampaknya merupakan cita-cita tertinggi dari masyarakat. Tetapi bagi dunia Yunani-Romawi ada tujuan yang lebih tinggi: yaitu status.

Orang merasa terhormat dan memiliki harga diri bila bergaul dengan orang-orang terkenal, dan seolah-olah malu pada mereka yang tidak ikut bergaul. Orang Kristen abad pertama yang menolak untuk berpartisipasi dalam agama sipil Romawi menderita konsekuensi serius dalam bisnis, urusan sipil dan kontak sosial.

Injil ini gratis tetapi mempunyai resiko atas reputasi kita, keluarga kita, pekerjaan kita dan bahkan kehidupan kita.

Yesus memanggil pengikut-Nya untuk memiliki total komitmen, tidak peduli apa konsekuensinya. Dan Yesus menghargai total komitmen tersebut dengan kehidupan yang memiliki arti dan tujuan, serta status mulia dalam kehidupan yang akan datang. Kita telah pelajari ini dalam surat kepada Pergamus.

Hal ini membawa kita kepada prinsip penting yang perlu kita pelajari ketika kita membaca Wahyu.

Yohanes menggunakan cerita orang Israel dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan apa yang dialami oleh para pengikut Yesus dalam Perjanjian Baru

Perjanjian dengan Gereja secara Global

Nubuatan ini sedang digenapi di seluruh dunia-di mana pun umat Allah berada.

Dalam Perjanjian Lama, umat Allah hidup di tanah Palestina. Dalam tulisan-tulisan Perjanjian Lama, ada bangsa-bangsa yang disebut atas peran mereka terhadap umat Allah. Tetapi sejak zaman Yesus dan kemajuan gereja Kristen, umat Allah juga mencakup semua suku dan bangsa. Sehingga umat Allah juga ditemukan di seluruh dunia. Mereka termasuk dibanyak kelompok agama yang berbeda.

Dalam kitab Wahyu, ada pergeseran pandangan dari “wilayah geografis yang harfiah “ didalam nubuatan Perjanjian Lama, menjadi perspektif seluruh dunia atau Global didalam Perjanjian Baru.

Ketika Allah memanggil Israel keluar dari Mesir, Ia mengumpulkan mereka di Gunung Sinai dan mengungkapkan perjanjian-Nya (kontrak atau kesepakatan bersama) antara Allah dengan mereka.

Dalam Keluaran 19: 5, 6, Allah memberikan nama pada mereka dengan status atau sebutan sebagai berikut : milikNya yang berharga, Imamat yang Rajani dan bangsa yang kudus.

Kewajiban mereka didalam perjanjian tersebut, yaitu untuk mempertahankan status tersebut, adalah dengan menaati perintah Allah sepenuhnya dan menjaga perjanjian-Nya. Implikasinya adalah bahwa jika mereka tidak melaksanakan kewajiban mereka atas perjanjian tersebut, maka mereka tidak berhak menyandang status yang istimewa ini .

Bagian terpenting dari perjanjian Perjanjian Lama mirip dengan apa yang biasa kita sebut “kontrak” pada jaman sekarang.

Dalam “perjanjian atau kontrak,” ada dua pihak yang masuk ke dalam suatu hubungan : untuk membangun rumah, menikah, untuk pergi ke sekolah. Semua hal ini melibatkan hubungan antara manusia, atau antara orang dan lembaga.

Berkat dan kutuk dalam Alkitab

Sebuah aspek menarik dari perjanjian Perjanjian Lama adalah tentang “berkat” dan “kutukan” (contohnya, lihat Ulangan 28).

Bahasa seperti ini terdengar aneh di dunia saat ini, namun prinsip dan ide di balik itu tetap berlaku sampai sekarang. Konsep yang dinyatakan dalam perjanjian tersebut adalah konsep penting yang akan kita lihat didalam nubuat kitab Wahyu.

Penting untuk diperhatikan adanya persyaratan yang harus di jaga oleh bangsa Israel ketika mereka menyandang status “bangsa pilihan”. Tetapi sejarah Israel seperti diungkapkan dalam Perjanjian Lama menunjukkan bagaimana mereka berulang kali menyimpang dari perjanjian tersebut.

Tuhan mengatakan kepada mereka apa yang akan Dia lakukan jika mereka gagal. Namun Allah terus memanggil mereka kembali dan memperbarui perjanjian-Nya dengan mereka. Contohnya seperti yang ditemukan dalam Yeremia 31:31 − 33.

Jika Israel setia kepada Allah, Yerusalem akan menjadi pusat keagamaan dunia.

Yesus akan datang dan mati di antara mereka. Orang-orang Yahudi akan mengabarkan kepada dunia tentang kebenaran ini dan kemudian dari Yerusalem akan keluar seruan panggilan terakhir bagi semua orang dari segala bangsa untuk menerima-Yesus. Dan banyak orang yang akan menerima panggilan itu.

Tetapi mereka yang telah menolak panggilan tersebut akan berkumpul dan membentuk pasukan yang disebut “Gog dan Magog” (lihat Yehezkiel 38 dan 39). Kekuatan ini akan menginvasi Palestina dan mengepung kota Yerusalem, tetapi Allah akan campur tangan dan menghancurkan mereka. Dari pertempuran terakhir ini, Allah akan mulai memperbaharui bumi dan membuatnya seperti apa yang Dia rencanakan pada awal mulanya. Namun, semua ini bergantung pada satu kata bersyarat. Jika Israel telah mentaati Allah, ini adalah syarat bagaimana hal-hal ini akan terjadi untuk mereka.

Berkat dan Kutukan Allah terhadap bangsa manapun mempunyai syarat yang sesuai dengan tanggapan dari bangsa tersebut.

Perhatikan bagaimana Allah berhubungan dengan bangsa-bangsa di Yeremia 18: 5 − 10. Jika Tuhan berfirman bahwa Dia akan menghancurkan, namun bangsa tersebut bertobat, Dia akan menjawab dengan mengatakan ia tidak akan menghancurkannya.

Hal ini terjadi dalam situasi kota Niniwe. Yunus mengatakan akan dihancurkan, tetapi Tuhan tidak melakukannya karena mereka bertobat.

Sebuah perjanjian baru di dalam Kristus

Ketika Yesus tahu bahwa para pemimpin Yahudi berencana untuk membunuh-Nya, Dia menyampaikan kepada mereka sebuah perumpamaan tentang diri mereka sendiri.

Baca Matius 21:3343

Poin untuk Diskusi … Apa arti dari ayat 43?

Tidak ada lagi bangsa atau sekelompok orang yang memiliki hak eksklusif untuk menjadi orang pilihan Allah dalam perjanjian tersebut. Dalam Kristus perjanjian tersebut berlaku bagi semua orang, baik orang Yahudi atau non-Yahudi, yaitu mereka yang mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Bangsa Yahudi selama zaman Yesus, terlalu membanggakan diri mereka sebagai keturunan Abraham, tetapi penulis Perjanjian Baru memahami hal ini dengan menerapkan secara lebih luas kepada semua orang-orang yang mengikuti Yesus. Siapapun yang menyerahkan dirinya kepada Mesias Yahudi (Yesus) diterima sebagai benih dan ahli waris Abraham dengan janji-janji (lihat Galatia 3:26 − 29).

Petrus bergembira ketika pada zamannya orang-orang yang bukan umat Allah — yang non-Yahudi namun percaya kepada Kristus — sekarang dapat bergabung bersama bangsa Israel sebagai umat perjanjian Allah karena apa yang telah dilakukan oleh Kristus (lihat 1 Petrus 2: 9 , 10).

Penulis Kitab Petrus ini menggunakan istilah seperti “orang-orang pilihan,” “imamat yang rajani” dan “bangsa yang kudus” untuk menggambarkan orang Kristen. Sebutan yang sama pertama kali digunakan Allah ketika Dia membuat perjanjian awal dengan Israel di Gunung Sinai.

Gereja Kristen yang mula-mula termasuk juga banyak orang Yahudi yang menerima Kristus. Dalam Roma 11, Paulus menyatakan bahwa Allah tidak menolak semua orang Yahudi. Paulus sendiri adalah seorang Yahudi yang percaya kepada Yesus. Dia juga mengatakan ada sebagian orang di Israel yang percaya, sama seperti yang terjadi pada zaman Elia.

Dia mengibaratkan Israel seperti batang pohon dari pohon zaitun: beberapa cabang telah dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan beberapa non-Yahudi atau orang bukan Yahudi telah dicangkokkan ke dalam pohon utama Israel karena kepercayaan mereka di dalam Kristus (lihat Roma 11:13 − 21).

Gereja yang disebut dalam kitab Wahyu akan mencakup orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus.

Kunci untuk memahami kitab Wahyu

Dalam kitab Wahyu, pengalaman Israel dalam Perjanjian Lama digunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi kepada gereja. Ini adalah sikap yang dipegang oleh kebanyakan orang Kristen sepanjang era Kristen.

Dengan konsep ini, maka kita memiliki kunci penting untuk memahami nubuat Wahyu.

Fokus Nubuatan Wahyu adalah didalam gereja Kristen, yang terdapat di seluruh dunia.

Di semua negara dan di antara semua suku dan ras terdapat orang-orang yang adalah umat Allah karena penerimaan mereka terhadap Yesus Kristus.

Dalam kitab Wahyu, janji-janji yang pernah diberikan kepada Israel badani , akan perbaharui agar dapat dipenuhi, menjadi pengalaman bagi gereja Kristen.

Letak secara Geografi secara literal dalam Perjanjian Lama memiliki aplikasi rohani — yang secara simbolis dan universal didalam kitab Wahyu. Salah satu contoh dari hal ini adalah pertempuran Gog dan Magog. Di mana dan kapan pertempuran itu akan berlangsung?

Pada zaman Perjanjian Lama, kekuatan ini akan turun dari utara dan menyerang Palestina seperti yang diperkirakan didalam Yehezkiel 38 dan 39 . Sekarang kita dapati hal itu disesuaikan dalam Wahyu 20: 7 − 9.

Dengan cara ini, membaca Perjanjian Lama memberikan kita latar belakang materi yang berharga untuk memahami Wahyu.

Babel mewakili kekuasaan akhir zaman yang korup.

Ketika Kitab Wahyu berbicara tentang akhir dunia, hal ini menggunakan bahasa jatuhnya Babel.

Dalam dunia kuno, Babel adalah ibu kota yang memerintah sebuah kerajaan besar. Hal ini sering disebutkan dalam Alkitab oleh para nabi Perjanjian Lama. Mereka juga menggambarkan tentang kejatuhan Babel dalam bahasa yang jelas. Itu adalah kota di mana sungai Efrat mengalir.

Ketika kota itu diserbu oleh Cyrus, mereka mengeringkan air sungai untuk memungkinkan pasukannya untuk masuk melalui kanal saluran dibawah tembok. Pada saat itu, Babel membuat orang-orang Yahudi umat Allah sebagai tawanan mereka. Tetapi Cyrus memungkinkan mereka untuk kembali pulang ke kota mereka, Yerusalem.

Dalam Kitab Wahyu, kita akan melihat semua kekuatan agama orang fasik di bumi pada akhir zaman (digambarkan sebagai “Babel”) duduk diatas banyak perairan (kekuatan politik yang mendukung dia).Dia memegang umat Allah sebagai orang tawanan. Tetapi Alkitab menjelaskan Yesus memimpin tentara sorga melawan Babel.

Ketika hal ini terjadi, kejatuhan Babel digambarkan sebagai air sungai Efrat yang mengering (kekuatan politik menarik dukungan bagi Babel).

Yesus digambarkan sebagai yang datang dari timur (seperti yang dilakukan oleh Cyrus). Dia membebaskan umat Allah (seperti yang dilakukan Cyrus) dan memungkinkan mereka untuk kembali, bukan ke kota tua Yerusalem di Timur Tengah tetapi ke Yerusalem Baru.

[Kita akan kembali ke point ini secara lebih rinci ketika kita membahas beberapa bab terakhir dari Wahyu.]

Siapakah Izebel?

Dalam Perjanjian Lama, para nabi adalah wali perjanjian. Mereka terus mengingatkan Israel kepada perjanjian tersebut, ketika mereka tidak setia.

Kitab Wahyu adalah pelajaran mengenai bagaimana gereja Kristen berkaitan dengan upah yang dijanjikan dalam perjanjian tersebut.

Namun, perlu diingat, ada berkat dan ada juga kutuk. Seperti halnya dengan Israel, harus ada berkat jika anda taat dan kutuk jika anda tidak setia. Hal Ini akan lebih jelas ketika kita mempelajari tujuh meterai.

Seorang nabi Wanita di gereja di Tiatira melakukan pekerjaan seperti Izebel. Bagaimana kita mengerti apa yang Yohanes katakan? Kita harus kembali kepada Perjanjian Lama untuk melihat apa yang Izebel lakukan terhadap umat Allah. Apa yang dimulai dengan kompromi dalam Pergamus sekarang secara terbuka sedang diajarkan oleh wanita yang mengaku sebagai nabiah. Dia menetapkan bahwa dirinya bertentangan dengan Yohanes.

Lalu mengapa kemudian ia disamakan dengan Izebel dari Perjanjian Lama?

Izebel adalah seorang putri Fenisia yang menyembah Baal, dewa alam. Orang Kanaan percaya bahwa Baal diam di pohon, mata air, gunung-gunung dan batu. Mereka adalah dewa lokal yang disebut “Baal” dalam bentuk jamak.

Ketika kata ini digunakan dalam bentuk tunggal “Baal,” hal itu dapat merujuk kepada pemimpin dewa nasional Kanaan ‘. Dia adalah dewa badai yang membawa hujan musim dingin dengan badai dan petir. Oleh karena itu, ia juga disebut dewa kesuburan tanah.

Baal sering dikaitkan dengan Asherah, dewi cinta seksual dan kesuburan. Patung telanjang dibuat dengan gambaran yang terlalu menekankan hal seksual .Prostitusi dikaitkan dengan dewi Asherah sebagai ritual agama dalam pelayanan kepadanya sebagai dewa.

Orang Israel diperingatkan akan bahaya besar dimana mereka akan tergoda untuk menyembah dewa orang Kanaan ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian .

Nyatanya mereka tergoda juga, seringkali, mereka menyerah dan bahkan sampai-sampai mereka menyerahkan anak-anak mereka untuk dibakar kedalam api. Jadi, ketika Izebel datang untuk menikah dengan Ahab, raja Israel, ia membawa nabi-nabi nya bersama dengan dia.

Meskipun tidak melarang orang Israel untuk menyembahan Allah mereka, namun ia memperkenalkan ibadah Baal. Dia mempromosikan kompromi antara agama yang benar dan yang salah, sambil mengaku dirinya sebagai nabi yang benar.

Pemandangan saat ini dari atas bukit Karmel, dimana Elia berhadapan dengan nabi nabi Baal pada zaman dahulu

Hal ini menyebabkan pertaruhan di Gunung Karmel dengan Elia, yang akan kita pelajari dimana peristiwa itu akan terulang kembali dalam Wahyu 13, di mana kuasa anti Kekristenan memalsukan api Gunung Karmel turun dari langit. Tampaknya wanita ini diberi nama “Izebel” oleh Yohanes, mengaku menjadi nabi di gereja di Tiatira. Dia menantang Johanes dan mengklaim bahwa ia juga memiliki karunia bernubuat.

Dia mengajak orang Kristen di kota itu untuk menghadiri ibadah dikuil, tempat dimana kehidupan sosial kota berlangsung. Namun bagian dari praktek ibadah ini melibatkan makan makanan yang ditawarkan kepada berhala dan percabulan. Ini adalah cara hidup di kota — yang mana jika tidak hadir, bisa membahayakan status sosial anda dan bahkan kehidupan anda.

Nabi dan penganiayaan di dalam gereja

Gereja yang mula-mula sering diganggu oleh nabi-nabi palsu.

  • Nabi yang benar mengajarkan orang untuk mematuhi Tuhan yang terdapat dalam Alkitab dan Nabi yang benar melakukan panggilan untuk bertobat.
  • Nabi-nabi palsu memimpin orang-orang ke dalam rasa aman yang palsu ketika mengembara jauh dari Allah.
  • Di Jemaat Tiatira, tampaknya sebagian besar mengikuti jalan nabi palsu Izebel.

Baca Wahyu 2:24

Catatan dalam ayat ini bahwa istilah “sisa” merupakan arti kata yang menggambarkan apa yang sering disebut “ umat sisa” ⎯ mereka yang tetap setia kepada Tuhan di tengah ajaran palsu dan penganiayaan, seperti yg terjadi di akhir zaman.

Ini adalah pertama kalinya kata tersebut muncul dalam Wahyu. Ini adalah hal yang luar biasa bahwa apa yang terjadi di Thyatira terulang kembali dalam skala yang lebih besar dalam sejarah gereja selama Abad Pertengahan. Sebagian besar anggota di gereja pada waktu itu disesatkan oleh pimpinan gereja. Ilmu pengetahuan juga diabaikan.

Mereka yang tidak mau ikut akan disiksa dan dihukum mati. Sebagian besar menyerahkan hati nurani mereka dan mengikuti bersama dengan arus mayoritas.

Tapi ada beberapa yang menolak dan mempertahankan iman yang murni. Kita akan melihat lebih banyak tentang mereka di sesi berikutnya dalam Wahyu 12.

Dalam zaman Johanes, orang-orang di Thyatira diminta tetap bertahan setia — dan mengarahkan pandangan mereka kepada berkat yang telah disediakan (lihat Wahyu 2:2629). Mereka yang menang, akan diberikan kekuasaan atas bangsa-bangsa. Mereka akan turut memerintah dalam pemerintahan Kristus.

Penulis : Dr. Jon Paulien & Dr. Graeme Bradford

Penterjemah : Michael Mangowal

Lanjut ke Episode#5 : Sardis Filadelfia & Laodikia

--

--