Empat Penunggang Kuda Apocalypse

Michael Mangowal
14 min readApr 20, 2021

--

Gambaran Umum

Pada sesi yang lalu, kita melihat ruang tahta Allah melalui bahasa yang menggambarkan raja-raja Israel. dalam upacara peresmian dan pengukuhan raja, mereka di wajibkan untuk membuat salinan dari gulungan kitab, yang adalah perjanjian Allah dengan umat Israel. Mereka harus membaca dan menurut isi perjanjian itu selama masa pemerintahan mereka, yang hasilnya akan menjadi berkat atau kutuk jika mereka tidak menurut.

Yohanes menggunakan simbol utuk menggambarkan pengurapan Kristus ketika Dia naik ke surga dan kedalam tahta Allah.

Bagi bangsa Israel, kepemilikan gulungan kitab dan kemampuan untuk membuka dan membaca isinya menunjukkan hak Raja untuk berkuasa. Yesus sanggup membuka kitab gulungan dan mengungkapkan isinya karena Dia adalah Singa dari suku Yehuda.

Dalam proses membuka meterai nya, kita melihat hubungan yang kuat terhadap berkat maupun kutuk atas perjanjian yang telah dibuat antara Allah dan bangsa Israel.

Bukit Gerizim disisi kiri dan bukit Ebal disisi kanan adalah tempat dimana Allah mengumpulkan umat israel untuk mengulang perjanjian yang berisi berkat maupun kutuk.

Gambaran Perjanjian Lama dalam kitab Wahyu

Wahyu menggunakan gambaran Perjanjian Lama dari pengalaman Israel untuk mengekspresikan pengalaman gereja, atau pengikut Yesus yang sejati.

Ketika kita melihat gereja di Tiatira di Sesi 4 (lihat Wahyu 2: 18–29), kita juga melihat hubungan Allah dengan umat-Nya melalui sebuah perjanjian.

Penggunaan perjanjian yang dibuat antara Allah dan umat-Nya merupakan konsep penting dalam memahami kitab Wahyu.

Ketika Allah memanggil Israel keluar dari Mesir, Ia mengumpulkan mereka di Gunung Sinai untuk membuat perjanjian-Nya dengan mereka (lihat Keluaran 19: 5, 6). Tuhan mengatakan jika mereka taat kepada Allah, maka Dia akan mengenali mereka sebagai kerajaan imam dan bangsa yang kudus.

Sayangnya, Israel tidak setia kepada Allah dan berulang kali melanggar perjanjian. Yesus sendiri telah menjadi sahabat yang setia kepada perjanjian dimana umat Israel dalam Perjanjian Lama tidak pernah setia. Definisi umat Israel telah diperluas untuk mencakup semua yang mengikuti Yesus.

Sekarang semua orang yang percaya pada Yesus termasuk dalam perjanjian.

Kita telah melihat bagaimana umat Allah adalah mereka yang percaya pada Yesus (lihat Galatia 3: 26–29). Perjanjian sekarang termasuk orang-orang dari semua ras yaitu pengikut Yesus yang sejati .

Perjanjian Baru mengajarkan kita bahwa semua yang percaya pada Yesus dianggap Yahudi rohani (lihat Roma 2:28, 29). Baik orang Yahudi dan orang kafir yang datang kepada Kristus dan menerima warisan mereka melalui Dia semua mereka adalah anak-anak Allah.

Pada zaman Perjanjian Lama, nubuat digenapi di tanah Palestina. Bangsa-bangsa di sekitar tanah Palestina juga disebutkan karena apa yang mereka lakukan juga mempengaruhi umat pilihan Allah.

Sejak perkembangan gereja Kristen, nubuatan sekarang sedang digenapi di seluruh dunia karena umat Allah ditemukan di seluruh dunia.

Nubuat membuat kita dekat dengan Kristus

Kita juga telah melihat tujuan moral untuk nubuatan. Nubuatan itu diberikan untuk membantu orang agar tetap berpegang kepada Kristus. Hal ini juga digambarkan dalam kata-kata pembukaan dari Wahyu 1: 1.

Dalam Wahyu 16:16, ketika berbicara tentang konflik akhir zaman yang disebut Armageddon, kita menemukan Injil dipusat konflik ini.

Ada peringatan bagi orang Kristen untuk selalu waspada agar tetap dalam hubungan yang benar dengan Yesus. Ditemukan dalam keadaan telanjang adalah cara untuk menggambarkan hilangnya hubungan yang benar dengan Yesus.

Jika kita tetap mengikuti pelajaran ini dan mengerti tentang perlunya nubuatan, kita akan melihat bahwa pusat nya adalah injil dan nilai-nilai moral.

Melihat nubuatan hanya sebagai nubuatan tentang bangsa israel dan perang didalam Wahyu akan membuat kita kehilangan poin penting ini.

Hal ini adalah dasar untuk pemahaman kitab Wahyu dengan benar . Bahasa kitab Wahyu terdengar seolah-olah Israel masih umat Allah yang hidup di tanah Palestina. Tetapi hal itu sebenarnya berbicara tentang gereja Kristen.

Pengalaman Israel, seperti yang tercatat dalam Perjanjian Lama ketika hidup di tanah Palestina, digunakan untuk menggambarkan apa yang sedang dan akan terjadi pada gereja Kristen.

Hubungan dengan Tujuh Meterai

Ketika kita melanjutkan membahas pembukaan tujuh meterai, kita akan melihat bagaimana semua hal ini menjadi masuk akal. Kita diperlihatkan empat penunggang kuda memberitakan kengerian perang, kelaparan dan bala sampar.

Gambaran ini tampaknya kembali ke Imamat 26 dan Ulangan 32. Buku-buku Perjanjian Lama ini memberi ketiga daftar malapetaka yang sama sebagai salah satu konsekuensi atas pelanggaran terhadap perjanjian Musa.

Dalam Wahyu 6, kita melihat perang, kelaparan dan penyakit sampar dinyatakan sebagai hasil penolakan kepada Yesus dan keselamatan yang Ia telah sediakan.

Sungai jordan, salah satu bentuk dari berkat-berkat Allah adalah membuat sungai itu terus mengalir

Berkat dan kutukan perjanjian

Ketika Israel pertama kali pergi ke Tanah Perjanjian, Tuhan membuat mereka berdiri di atas dua gunung. Enam suku berdiri di atas Gunung Gerezim mengucapkan berkat; enam suku berdiri di atas Gunung Ebal untuk mengucapkan kutuk. Catatan atas peristiwa ini dimulai dalam Ulangan 27:12.

Para nabi dari Perjanjian Lama sering disebut sebagai penjaga perjanjian. Ketika Israel cenderung mengembara dan menyembah allah lain, nabi-nabi memanggil orang-orang untuk kembali dengan mengancam mereka dengan kutukan atas ketidaktaatan.

Dalam melakukan ini, mereka akan merangkum kutukan. Yehezkiel 14:21 membahas empat penilaian yang mengerikan:

  • perang atau pedang
  • kelaparan
  • bala sampar atau wabah, dan
  • binatang buas.

Asal-usul dari apa yang Yehezkiel gambarkan berasal dari Imamat 26: 21–26, di mana kutukan yang sama diucapkan:

“Jika engkau tetap memusuhi Aku dan menolak untuk mendengarkan Aku, Aku akan melipatgandakan penderitaan mu tujuh kali lebih banyak, dari dosa-dosa mu . Aku akan mengirimkan binatang buas , dan mereka akan merampok engkau dari anak-anak mu, menghancurkan ternak sapi mu dan membuat engkau sangat sedikit jumlahnya sehingga jalan-jalan akan sepi.

Bahkan jika sesudah semua hal ini, engkau tetap tidak menerima pengajaran Ku dan terus memusuhi Aku, maka Aku sendiri akan memusuhi mu dan akan menghukum engkau atas dosa-dosa mu tujuh kali lipat banyaknya .

Dan Aku akan membawa pedang atasmu untuk membalas pelanggaran atas perjanjian. Ketika engkau lari ke dalam kota mu, Aku akan mengirimkan wabah di antara mu, dan engkau akan diserahkan ke tangan musuh. Ketika aku menghapus pasokan roti mu , sepuluh perempuan akan membakar roti dalam satu oven, dan mereka akan membagikan roti sesuai ukuran berat. Engkau akan makan, tapi tidak pernah akan puas. “

Anak Domba membuka meterai

Ketika kita melihat dalam Wahyu 6: 1–8 di mana Domba membuka gulungan perjanjian, kita akan melihat bahwa referensi yang sama atas penghakiman disebutkan.

Referensi berperang

Ayat 2 − penaklukan; perdamaian; membunuh satu sama lain; pedang besar.

Ayat 8 − pedang.

Referensi kelaparan:

Ayat 6 dan 8 − kelaparan di ayat 6 digambarkan sebagai mengukur bobot roti, seperti dalam Imamat 26:26.

Referensi wabah:

Ayat 8.

Referensi untuk binatang buas:

Ayat 8.

Kita membaca berulang kali dalam Perjanjian Lama tentang bagaimana bangsa Israel yang mendapat hukuman melalui hal berikut ini:

tentara datang melawan mereka dan kota mereka menjadi sunyi;

binatang buas memangsa mereka;

kelaparan dan penyakit memakan korban;

kemudian akhirnya, ketika Israel terus memberontak, mereka dibawa kepada pengasingan.

Semua penilaian ini jatuh kepada Israel ketika Allah menggunakan negara-negara seperti Babel dan Asyur untuk membuat bangsa Israel kembali taat.

Sebagai negara yang menjajah, mereka cenderung menjadi terlalu keras pada Israel, tetapi mereka bisa melakukan hal itu , hanya ketika Tuhan melepas tangan perlindungan-Nya dari umat-Nya. Lalu kemudian Allah membawa ke pengadilan bangsa-bangsa yang telah menghukum umat-Nya dengan begitu kasar.

Allah membalik penghukumannya melawan bangsa-bangsa itu agar Ia dapat membebaskan umat-Nya.

Ketujuh meterai dan perjanjian Allah

Kita akan melihat kesamaan yang erat antara empat meterai pertama dan bagaimana umat Allah dihukum. Empat penunggang kuda — adalah pengadilan awal pada gereja — seperti halnya yg terjadi kepada Israel perjanjian lama — untuk menarik mereka kembali kepada-Nya dalam pertobatan sejati.

Tiga meterai berikutnya mengalihkan penghakiman kembali kepada mereka yang telah menganiaya umat Allah. Kita melihat hal ini dalam Wahyu 6: 9–17.

Meterai yang kelima — sebuah seruan pembalasan dari mereka yang telah mati syahid untuk menghukum penduduk bumi.

Meterai yang keenam — musuh-musuh gereja melarikan diri saat kedatangan Yesus.

Meterai ketujuh — menuntun kepada ke tujuh sangkakala bencana atas penduduk bumi sebagai jawaban doa-doa umat Allah di meterai yang kelima (lihat Wahyu 8:13).

Perjanjian yang Allah ditawarkan kepada Israel di Sinai sekarang mencakup semua orang percaya yang sejati dalam Yesus, baik Yahudi dan bukan Yahudi.

Kita juga akan terus melihat hubungan yang erat antara khotbah Yesus dari Bukit Zaitun tentang akhir dunia dan ke tujuh meterai.

Kita akan melihat hal-hal yang akan terjadi dizaman antara kenaikan Kristus dan kedatangan-Nya ke dunia ini. Kita memiliki alasan untuk mengatakan bahwa nubuatan ini digenapi dalam sejarah gereja Kristen selama berabad-abad.

Jika orang Kristen menjadi lemah seperti yang dilakukan oleh Israel di masa Perjanjian Lama, mereka juga akan menerima konsekuensi dari melanggar perjanjian. Sehingga Allah mengirimkan hukuman-Nya untuk membangunkan mereka.

Sama seperti perang, kelaparan dan penyakit sampar dimaksudkan untuk menyadarkan Israel, demikian juga empat penunggang kuda membantu menjaga umat Allah tetap terjaga saat mereka menunggu kedatangan Yesus.

Kesukaran hidup menjaga gereja tetap berada dalam jalan yang benar dan tetap setia. Kesulitan hidup juga berguna untuk mengingatkan gereja bahwa dunia ini bukan rumah mereka.

Sepanjang era Kristen, peristiwa ini telah mendorong orang-orang percaya. Dengan melihat keadaan dunia ini persis seperti yang Yesus telah katakan, membuat mereka semakin mempercayai-Nya. Ini adalah papan petunjuk arah , bukan tanda zaman.

Tujuh meterai adalah alat-alat Allah untuk menjaga Gerejanya agar tetap berada pada jalan yang benar dan agar kerajaan-Nya tetap bertumbuh.

Ketika Kristus membuka keempat meterai yang pertama , Yohanes mengamati empat kuda dan penunggangnya melangkah masuk kedalam adegan penglihatan khayal. Ke Empat penunggang kuda prihatin dengan keadaan orang Kristen dan respon mereka terhadap Injil.

Setelah mengenal Injil, orang bisa menolaknya. Jika mereka menolak, tentu ada cara yang Allah dapat gunakan untuk membawa mereka kembali kepada-Nya.

Pembukaan meterai tidak menggambarkan isi gulungan itu; sebaliknya, kita melihat dampaknya di bumi ketika Kristus membuka meterai tersebut di surga. Setelah seluruh meterai terbuka barulah isi dari buku ini terbuka kepada kita (lihat Wahyu 10 dan seterusnya).

Hal ini penting untuk menghubungkan bab ini dengan peristiwa pada bab sebelumnya kalau tidak demikian, maka isi pesannya akan hilang. Ini semua adalah tentang apa yang akan terjadi ketika Anak Domba mulai mengambil alih warisan yang Dia telah beli dengan nyawa-Nya sendiri.

Meterai yang Pertama

Baca Wahyu 6:1–2

Harusnya ini menjadi bahasa simbolik karena satu kuda dan penunggangnya dengan satu busur tidak akan berdampak apa-apa pada dunia kita.

Warna Putih selalu digunakan dalam Wahyu sebagai simbol kesucian. Sebagai contoh, umat Allah yang mengenakan jubah putih (lihat Wahyu 6:11 dan 7: 9). Dalam Wahyu 19: 11–16, Kristus digambarkan sebagai menunggang kuda putih ketika Dia memimpin tentara-Nya ke dalam pertempuran di akhir zaman. Seorang jenderal Romawi akan naik kuda putih untuk merayakan kemenangan besar.

Penunggang kuda akan keluar untuk berperang dengan busurnya sebagai senjata. Dalam Perjanjian Lama, Allah seringkali digambarkan sebagai menunggang kuda dengan busur di tangan-Nya: akan maju, menaklukkan musuh-musuhnya dan membawa keselamatan bagi umat-Nya (lihat Habakuk 3: 8–13 dan Mazmur 45: 4, 5).

Kata Yunani yang digunakan di sini untuk “mahkota” menggambarkan sebuah mahkota digunakan untuk kemenangan dalam perang atau pertandiangan Olympiade- Stephanos -tapi ini adalah kemenangan spiritual. Kemenangan dan penaklukan ini dimungkinkan karena Kristus. Seperti yang telah kita lihat — dan akan terus saksikan — kemenangan Yesus dan penaklukan-Nya di Kalvari adalah tema utama dalam kitab Wahyu.

Penggunaan bahasa Grika dalam ayat-ayat ini sifatnya adalah terus menerus: Dia akan terus melakukan hal ini sampai tidak ada yang tersisa untuk ditaklukkan. Kuda ini melambangkan penyebaran Injil sepanjang sejarah Kristen, yang dimulai pada zaman Yohanes dan akan terus sampai Yesus datang kembali.

Gereja Kristen dimulai dengan awal yang kuat pada hari Pentakosta ketika 3000 orang dibaptis dalam satu hari; dan akan diakhiri dengan peristiwa yang lebih hebat, atas kuasa Roh Allah ketika Injil tersebar keseluruh dunia untuk menjadi saksi pada akhir zaman sebelum Yesus kembali. Kristus akan terus menyebarkan injil Kerajaannya, tujuan itu akhirnya dicapai.

Meterai Kedua

Baca Wahyu 6 : 3, 4

Kuda ini berwarna merah berapi-api dan mempengaruhi seluruh dunia dengan menarik perdamaian jauh dari penduduk dunia. Dengan pengertian bahwa penunggang kuda pertama telah meletakkan dasar untuk para penunggang kuda kedua dan kuda yang lainnya.

Bagi yang menerima Injil akan mendapatkan perdamaian; bagi yang menolak hasilnya adalah pada hilangnya rasa damai. Satu-satunya tempat dimana kata “perdamaian” digunakan dalam buku ini adalah Wahyu 1: 4 dan itu mengacu pada perdamaian spiritual.

Orang-orang akan terbagi dua ketika Injil diberitakan. Dalam Matius 10: 34–39, Yesus berkata Dia tidak datang untuk membawa damai, melainkan pedang, dan orang-orang akan berbalik melawan satu sama lain. Perselisihan dan kebingungan terjadi di antara mereka yang menolak Injil. Dimana Injil diberitakan dan diterima, akan terjadi penganiayaan .

Yesus berkata dalam khotbah-Nya dalam Matius 24: 9, 10: “Kemudian kamu akan diserahkan untuk disiksa, dan dibunuh, dan kamu akan dibenci semua bangsa oleh karena Aku. Pada saat itu banyak akan berpaling dari iman dan mereka akan mengkhianati dan saling membenci.

Para pemenang yang akhirnya akan mengalahkan dan berdiri dengan Anak Domba di Wahyu 7 sangat berbeda dengan penampilan para “pemenang” zaman sekarang. Zaman dulu mereka adalah obyek penganiayaan, ejekan dan cemoohan. Dan kita akan melihat di meterai yang kelima darah para martir menangis untuk membalas dendam.

Yohanes tidak pernah menyangkal bahwa perang, kelaparan dan masalah lainnya dalam khotbah Yesus adalah hal yang literal, tetapi hal ini juga bisa terjadi secara rohani ketika orang-orang melawan Raja Damai.

Meterai Ketiga

Baca Wahyu 6 :5, 6

Hitam adalah kebalikan dari putih. Ini berarti hilangnya Injil — kelaparan spiritual. Kemanusiaan lebih memilih kegelapan daripada terang, Yohanes mengatakan dalam Injilnya.

Terjadi kelaparan. Dalam masa penghakiman atas perjanjian dengan Israel, gambaran memakan roti dengan menimbang itu melambangkan kelaparan yang hebat (lihat Imamat 26:26).

Satu Dinar untuk seperempat gandum: 1 koin perak mata uang Romawi adalah upah buruh untuk sehari. Jelai lebih murah sehingga anda bisa mendapatkan tiga liter untuk harga yang sama, mungkin cukup untuk memberi makan sebuah keluarga dengan tiga anggota keluarga. Kerja sehari perlu untuk mendapatkan cukup makanan untuk bertahan hidup. Dalam masa Yohanes, upah sehari biasanya cukup untuk membeli 12 sampai 15 kali lebih banyak makanan, dengan demikian keadaannya sedang terjadi bencana kelaparan.

Penunggang kuda hitam mengatakan bahwa minyak dan anggur tidak akan dihancurkan. Di Palestina, gandum, anggur dan minyak adalah tiga tanaman utama. Mereka disebutkan berulang kali dalam Perjanjian Lama sebagai mewakili kebutuhan fisik kehidupan (lihat, misalnya, Ulangan 07:13 dan 11:14).

Dalam arti rohani, anggur melambangkan keselamatan di dalam Yesus dan minyak melambangkan pekerjaan Roh Kudus.

Dengan demikian sedang terjadi kelaparan untuk mendengar firman Allah, seperti Amos 8:11, 12 digambarkan kepada orang Israel di Perjanjian Lama. Tetapi kelaparannya tidak fatal. Meskipun injil tersembunyi dari banyak orang, Roh Kudus masih bekerja di dunia, menyediakan keselamatan bagi banyak orang.

Setiap kali kelaparan rohani akan Firman Tuhan terjadi, hal ini akan menuntun kepada kuda berikutnya.

Meterai Keempat

Baca Wahyu 6 : 7 , 8

Bahasa Grika yang digunakan untuk menggambarkan kuda berwarna pucat adalah chloros.

Kata yang sama juga digunakan untuk menggambarkan tanaman hijau. Dalam konteks ini, itu berarti warna hijau kekuningan atau pucat.

Mungkin itu adalah abu-abu pucat yang menyerupai mayat dalam keadaan membusuk, karena penunggangnya disebut kematian dan Hades. Kita lihat di sini situasi kepunahan kehidupan yang sangat hebat.

Meterai keempat datang dalam serangkaian bencana yang besar.

Sementara bahasanya adalah literal — berbicara tentang perang, kelaparan dan penyakit sampar — gambarannya mencerminkan kemerosotan spiritual secara progresif yang terjadi kepada mereka yang menolak Injil. Untuk menolak Injil adalah seperti menghilangkan sinar matahari dan embun dari lingkungan tanaman tumbuhan. Tidak ada yang bisa tumbuh tanpa air dan cahaya.

Kematian dan Hades hanya diijinkan berkuasa atas sebagian dari bumi. Allah masih memegang kendali tetapi disini adalah situasi yang sangat serius, termasuk pedang, kelaparan, wabah dan binatang liar. Ini adalah masa penghakiman atas perjanjian yang paling serius (lihat Imamat 26: 21–26 dan Yehezkiel 14:21).

Ini adalah peringatan serius untuk bertobat. Situasi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan tiga pengendara pertama. Konsekuensi spiritual yang mengerikan dari mereka yang menolak Injil di ilustrasikan secara visual.

Seperti halnya tujuh jemaat, hasil ini juga dapat dilihat secara umum dalam dunia Kristen selama berabad-abad.

Periode awal kesetiaan secara umum adalah periode Apostolik atau Kerasulan, ketika Injil menyebar seperti api membakar jerami. Kemudian penganiayaan dan kompromi datang, yang mengarah ke Abad Kegelapan.

Ada kelaparan akan Alkitab karena Alkitab dilarang untuk dibaca oleh masyarakat umum. Orang mencari keselamatan dengan cara ziarah, puasa dan pembayaran uang. Namun, beberapa kehidupan spiritual tetap bertahan di tengah kegelapan zaman; Allah masih memiliki umat-Nya dan melindungi mereka dari kegelapan.

Kita akan pelajari karakteristik masing-masing kuda dan penunggangnya dengan lebih jelas saat pekabaran Injil pada masa akhir.

Sebagian orang akan menerima kuda putih; orang lain akan menentang dan itu akan menyebabkan oposisi atau perlawanan ⎯ kuda merah. Jika situasinya berlanjut , kemudian datang kuda hitam kekeringan spiritual. Jika tetap tidak mau berbalik, kuda hijau pucat akan datang, mewakili kematian rohani.

Ke Empat kuda adalah peringatan serius kepada dunia untuk tidak main-main dengan Injil.

Ada konsekuensi yang berat ketika menolaknya, yang akan terlihat lebih jelas di setengah bagian kedua kitab Wahyu. Yesus tidak akan berdiri di muka pintu dan mengetok selamanya. Ini adalah peringatan, baik secara individu maupun dunia secara keseluruhan.

Membuka Tiga Meterai terakhir

Ketika Israel tidak setia, Tuhan menarik perlindungan-Nya dari mereka. Bangsa-bangsa musuh seperti Asyur dan Babel digunakan sebagai alat penghakiman Allah atas umat-Nya sendiri (lihat Yesaya 10: 5, 6). Namun, bangsa-bangsa ini melakukan nya secara berlebihan, sehingga Tuhan berbalik menghakimi bangsa-bangsa itu untuk kemudian membebaskan umat-Nya (lihat Ulangan 32: 41–43).

Sebagai pengikut Yesus sekarang ini, kita menemukan pola yang sama terjadi sekarang ini sehubungan dengan perjanjian.

Pembukaan tiga meterai terakhir dimulai dalam Wahyu 6: 9. Langsung terlihat sangat berbeda dari Empat Meterai yang pertama. Tidak ada panggilan dari makhluk hidup , tidak ada kuda dan tidak ada pengendara kuda. Sebaliknya, kita menemukan penghakiman jatuh pada mereka yang telah menindas umat Allah.

Meterai Kelima

Baca Wahyu 6: 9–11

Altar itu ditemukan di pelataran luar dari tempat kudus, di mana darah hewan korban ditumpahkan dan dicurahkan kepenampungan di bawahnya. Dalam kitab Wahyu, pelataran luar mewakili bumi. Ini adalah gambaran pengikut Tuhan yang menjadi martir. Kehidupan dan darah mereka telah dicurahkan seperti persembahan kepada Tuhan.

Jiwa orang-orang ini berseru kepada Allah agar melakukan pembalasan kepada orang-orang yang telah menganiaya mereka.

Dalam bahasa Alkitab, jiwa artinya adalah seseorang. Kata Perjanjian Lama bahasa Ibrani untuk jiwa adalah nephesh, dan dapat diterjemahkan “jiwa” atau “orang” atau “hidup.” Perjanjian Baru bahasa Grika adalah psuche dan dapat diterjemahkan dengan arti yang sama.

Ketika kita menjumpai istilah seperti ini, cara paling aman adalah dengan membiarkan Alkitab menerangkan dirinya sendiri, untuk melihat bagaimana penulis Alkitab menggunakan kata tersebut.

Kejadian 2: 7 memiliki definisi jelas dari kata “jiwa.

Ayat ini menunjukkan bahwa “jiwa” terdiri dari tubuh bersatu dengan napas, yang pada gilirannya memberi kita jiwa yang hidup atau seseorang. Jadi kita semua adalah jiwa. Kata ini digunakan untuk menggambarkan manusia nyata. Tidak ada hantu yang menakutkan tentang jiwa kita.

Sepanjang sejarah, orang-orang yang telah dibunuh, berseru kepada Tuhan untuk bertindak campurtangan ke dalam sejarah untuk menegakkan kebenaran .

Perhatikan orang-orang yang telah menyebabkan masalah adalah mereka yang disebut “penduduk bumi.” Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan mereka yang melawan Allah dan umat-Nya.

Kita akan segera melihat bahwa Allah mendengar tangisan dan seruan dari segala zaman. Ketika sangkakala nafiri — penghakiman Allah dicurahkan, penghakiman itu dicurahkan pada “penduduk bumi” (lihat Wahyu 8:13).

Meterai yang kelima adalah penting bagi yang akan muncul kemudian, yaitu ketika Allah melangkah dan membawa penghakiman atas mereka yang melawan umat-Nya.

Selama masa ini umat Allah diberikan jubah putih sebagai cara untuk mengatakan bahwa mereka memiliki jaminan hidup kekal di dalam Yesus.

Allah telah mendengar doa-doa umat-Nya. Seringkali terlihat seolah-olah Allah tidak ada, tetapi Dia selalu hadir untuk mendengar.

Meterai Keenam

Baca Wahyu 6:12–17

Ketika meterai yang keenam dibuka, kita tiba pada kedatangan Yesus yang kedua dan menuntun pada adegan berikut ini. Tidak terdapat didalam ayat-ayat ini yang menunjukkan bahwa ini adalah bahasa simbolik. Matahari menjadi hitam seperti kain kabung, bulan seperti darah, bintang-bintang jatuh dari langit, seperti yang buah ara jatuh dari pohon ara, dan langit terbelah seolah-olah sebuah gulungan papirus.

Penggunaan ungkapan “seperti kain karung” dan “buah ara terakhir yang jatuh” adalah sangat penting, membuat kita untuk berpikir bahwa peristiwa bencana ini adalah literal. Dalam bahasa Yunani meskipun, kata “sebagai” — hos — menyatakan analogi kiasan untuk sebuah acara yang sebenarnya. Hal Ini membantu orang memahami melalui hal-hal yang mereka ketahui.

Penghakiman oleh meterai yang keenam, sangat erat mengikuti gambaran yang diberikan oleh Yesus dalam khotbah dibukit zaitun (lihat Matius 24: 29–31).

Yesus menunjukkan bahwa sebelum waktu kedatangan Nya kembali, akan ada suatu waktu kesesakan yang dialami oleh gereja, diselingi oleh tanda-tanda surgawi pada kedatanganNya yang kedua kali.

Dalam ayat 30, “pada waktu itu” hal ini mengacu pada penderitaan terakhir dan pergolakan di alam ketika Yesus kembali. Kemudian bangsa-bangsa akan meratap ketika mereka melihat Yesus kembali (lihat ayat 31).

Wahyu 6: 12–17 menggambarkan peristiwa yang sama dan diakhiri dengan teriakan dari orang-orang yang telah menolak Injil. Mereka berseru agar gunung-gunung dan batu-batu jatuh pada mereka, dengan demikian untuk menyembunyikan mereka dari wajah Dia yang duduk di takhta, dan dari murka Anak Domba.

Pertanyaannya adalah : “Siapakah yang akan dapat bertahan?”

Wahyu 7 menjawab pertanyaan ini. Sebelum meterai yang ketujuh dibuka di Wahyu 8, gambaran diberikan kepada gereja yang terdiri dari orang-orang yang tetap setia kepada Tuhan.

Penulis: Dr. Jon Paulien & Dr. Graeme Bradford

Penterjemah : Michael Mangowal

Lanjut Episode #8 : 144000 dan kumpulan orang banyak

--

--

No responses yet