144,000 dan Kumpulan Orang Banyak
Gambaran Umum
Secara rohani, setiap orang yang percaya dalam Yesus terikat dalam ikatan perjanjian yang membawa berkat maupun kutuk dari perjanjian tersebut.
Berkat nya adalah tempat yang disediakan didalam Yerusalem baru; sedangkan kutuknya ditandai dengan datangnya penunggang kuda.
Semuanya merupakan peringatan dari Allah untuk menguji dan memenangkan kita kembali. Jika kita menolak, hasilnya adalah kematian spritual yang ditandai dengan datangnya kuda berwarna abu-abu.
Selanjutnya , sama seperti yang dialami oleh bangsa Israel, Allah melakukan pembalasan kepada mereka yang telah menganiaya umatNya.
Dengan dibukanya meterai kelima, merupakan seruan mengharapkan keadilan dari mereka yang telah di aniaya sepanjang sejarah dunia. Mereka digambarkan sebagai jiwa-jiwa dari bawah mezbah yang telah menjadi korban, yang berseru kepada Allah untuk keadilan.
Dibukanya meterai ke enam, menandakan kedatangan Yesus yang kedua kali kedunia. Orang-orang jahat yang berlari, mereka berseru kepada gunung batu untuk menimpa mereka, pertanyaannya adalah: “ siapa yang dapat bertahan?”
Setting untuk Wahyu 7 terdapat didalam ayat terakhir dari Wahyu Pasal 6:
“Sebab hari penghakiman yang besar telah tiba, siapa yang dapat bertahan?”(Lihat Wahyu 6:17).
Dalam menjawab pertanyaan ini, Wahyu 7 berisi janji yang indah sebagai dorongan semangat bagi umat Allah agar bisa “bertahan.”
Ada dua bagian untuk pasal ini:
- 144.000 di meteraikan sebagai cara untuk melindungi mereka selama kesusahan besar.
- Sebuah kumpulan orang banyak yang telah melewati kesusahan besar datang menghadap ke hadirat takhta Allah.
144.000 dimeteraikan
Baca Wahyu 7 : 1–8
Mari kita mulai mengungkap apa yang digambarkan di sini.
Empat penjuru bumi menandakan dampaknya yang mendunia.
Angin digunakan untuk menggambarkan kesusahan, perang dan pertumpahan darah.
Ayat-ayat ini menunjukkan kekuatan destruktif yang digunakan sebagai agen Allah, mirip dengan citra yang sering digunakan dalam Perjanjian Lama (lihat, misalnya, Jeremiah 49: 35–37). Saat ini, penghancuran sedang “ditahan” oleh empat malaikat.
Semua orang — yang baik dan yang jahat — bisa bertahan di dunia ini karena Allah ingin melindungi umat-Nya yaitu orang-orang yang baik.
Selama masa kesusahan besar, kita akan melihat bahwa orang jahat marah kepada umat Allah. Namun mereka tidak menyadari bahwa mereka berhutang kepada umat Allah, karena dengan adanya umat Allah di dunia ini, orang jahat ikut terlindung dari api kemuliaan Allah yang dapat menghanguskan.
Gambaran Perjanjian Lama didalam Perjanjian Baru
Terjemahan langsung dari istilah “ terbitnya matahari” adalah cara untuk menunjuk arah timur.
Timur biasanya dihubungkan dengan Tuhan dan pekerjaan-Nya.
Timur berarti “dari Allah.” Alkitab berisi banyak contoh di mana kata Timur menyiratkan hal yang datangnya dari Allah:
- Eden berada di sebelah timur (lihat Kejadian 2: 8).
- Yehezkiel melihat bahwa dari timur, kemuliaan Allah menaungi Kaabah (lihat Yehezkiel 43: 2).
- Orang Majus mengikuti bintang di timur (lihat Matius 2: 2).
- Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, memanggil Yesus sebagai “matahari terbit” (lihat Lukas 1: 76–79).
- Yesus disebut “bintang fajar,” yang terlihat di timur (lihat Wahyu 22:16).
- Yesus berkata tanda-tanda kedatangan Anak Manusia akan muncul di sebelah timur (lihat Matius 24: 27–30).
- Kedatangan Yesus dan para pengikut-Nya untuk melawan Armageddon digambarkan sebagai “Raja-raja dari Timur” (lihat Wahyu 16:12).
Dengan demikian Malaikat dari timur memiliki tindakan yang akan dilakukan atas nama Allah: untuk memberitahu kepada ke empat malaikat untuk tidak melepaskan kekuatan mereka sampai umat-umat-Nya dimeteraikan.
Apa arti pemeteraian terakhir ?
Baca Wahyu 9:4
Dalam ayat ini, sangkakala kelima mengumumkan hal-hal yang mengerikan yang terjadi tetapi kerusakan hanya terjadi kepada mereka yang tidak memiliki meterai di dahi mereka. Ini merupakan pemeteraian yang penting.
Kata-kata yang terkait dengan pemeteraian memiliki beberapa arti dalam Perjanjian Baru.
Pertama, Anda dapat menyegel dokumen untuk memproteksi agar tidak dapat dibuka. Anda juga dapat menyegel makam dengan batu, atau sel penjara dengan kunci. Ketika Anda menyegel dokumen atau suatu tempat, artinya anda sedang menyembunyikan sesuatu atau seseorang.
Contoh dalam Alkitab termasuk makam Yesus (lihat Matius 27:66); gulungan surgawi (lihat Wahyu 5); dan kurungan Setan di dalam jurang maut (lihat Wahyu 20: 3).
Kedua, pemeteraian dapat menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang adalah benar dan dapat diandalkan. Surat bersertifikat dengan segel menunjukkan informasi didalamnya adalah dapat dipercaya, atau dokumen telah disampaikan tanpa dirusak (bandingkan Yohanes 3:33 dan 6:27; Roma 15:28; 1 Korintus 9: 2).
Ketiga, penyegelan dapat menunjukkan penerimaan Tuhan dari seseorang. Tuhan tahu siapa-siapa milik-Nya dan memberi mereka Roh Kudus (lihat 2 Timotius 2:19; 2 Korintus 1:22; Efesus 3: 1 dan 4:30).
Dengan demikian kita dapat melihat bahwa di meteraikan menunjukkan proses identifikasi bagi mereka yang adalah umat Allah dalam Perjanjian Baru (lihat Efesus 1:13, 14). Dimeteraikan oleh Roh Kudus adalah tanda seorang Kristen yang sejati. Oleh karena itu, Dimeteraikan menjadi terkait dengan sunat pada abad pertama (lihat Roma 4:11) dan baptisan dalam abad kedua.
Tetapi ada juga peringatan di Efesus 4:30 yang menyatakan jika kita “mendukakan” Roh Kudus, kita juga bisa kehilangan meterai kita.
Meterai Allah pada dahi
Pemeteraian dinyatakan dengan cara yang berbeda dalam Wahyu 14: 1, di mana orang-orang yang sama yang dimeteraikan — yang jumlahnya 144.000 — digambarkan memiliki nama Ayah mereka ditulis pada dahi mereka.
Dari sini kita dapat memahami arti “disegel di dahi” adalah cara lain untuk mengatakan bahwa umat Allah berkomitmen kepada-Nya dalam pikiran dan karakter. Setelah berkomitmen, mereka akan berusaha mencerminkan lebih dan lebih lagi akan gambar-Nya dalam kehidupan mereka.
Pemeteraian yang dijelaskan dalam Wahyu 7 terjadi tepat sebelum hari terakhir. Dari sudut pandang Yohanes, pemeteraian ini melibatkan bagaimana manusia berhubungan dengan Allah pada akhir zaman.
Perjanjian Baru tidak membatasi konsep pemeteraian hanya untuk periode itu saja, tetapi dalam Wahyu 7, pemeteraian terjadi pada periode akhir zaman.
Pekabaran injil yang terakhir menghasilkan pekerjaan pemeteraian yang luarbiasa .
Pemeteraian umat Tuhan telah berlangsung pada sepanjang sejarah tetapi mencapai klimaksnya pada zaman akhir, ketika masa pengujian akan menunjukkan siapa-2 yang merupakan milik Allah. Pengujian akan selalu sesuai dengan zamannya. Kita akan melihat bagaimana ujian ini akan terjadi ketika kita tiba pada finalnya dalam Wahyu 13: 15–17.
Memilih kelompok dalam pertempuran besar
Pada akhir zaman dalam kitab Wahyu, tanda binatang dan meterai Allah digunakan dengan jelas untuk menunjukkan siapa yang berada di sisi Allah dan siapa yang berada di sisi “Babel” — kekuatan anti-Kristen. Dengan mengetahui posisi seseorang secara otomatis membedakan posisi lawan.
Pemeteraian selalu terjadi dalam kehidupan umat Allah.
Efesus 1:13, 14 mengatakan bahwa ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Tetapi pada akhir sejarah bumi, akan ada waktu pengujian khusus untuk memilah siapa milik Allah dan siapa yang milik Babel.
Memiliki “meterai di dahi” berarti orang-orang yang menerimanya dilindungi karena mereka benar-benar umat Allah.
Yehezkiel 9: 1–5 memberikan latar belakang Perjanjian Lama yang penting untuk memahami pemeteraian yang dijelaskan dalam Wahyu 7.
Pada masa itu, tanda pada dahi seseorang memberi perlindungan selama pembersihan kota dengan cara pembantaian ⎯ itu adalah cara untuk membedakan mereka yang setia kepada Tuhan.
Jadi siapakah mereka orang-orang yang digambarkan dalam Wahyu 7: 4–8?
Dalam ayat 4, Yohanes mendengar jumlah 144.000 dari semua suku — orang-orang yang di sisi Allah pada saat akhir. Sebaliknya, musuh mereka di Wahyu 9:16 berjumlah 200 juta. Dengan perbedaan tersebut, situasinya tampak tidak adil.
Jelas, angka-angka ini bukan untuk dipahami secara harfiah. Kita sedasng berhadapan dengan simbol-simbol.
Sebagian orang telah mencoba untuk menerapkan angka ini secara harfiah. Mereka mengatakan orang-orang ini benar-benar 144.000 orang Yahudi tetapi ada beberapa masalah serius apabila menggunakan pendekatan ini.
Untuk memahami apa yang dikatakan di sini, kita perlu kembali ke Perjanjian Lama dan melihat beberapa latar belakang.
12 suku yang menjadi satu bangsa
Setelah kematian Salomo, ke 12 suku Israel dibagi menjadi dua negara:
10 suku utara disebut Israel dan 2 suku selatan yang disebut Yehuda.
10 suku utara dibawa ke pembuangan (lihat 2 Raja-raja 17: 5–41).Di sana, mereka berbaur dengan bangsa-bangsa lain.
2 suku yang diselatan ditawan ke Babel. Kemudian, mereka kembali ke Yerusalem ketika Babel jatuh. Mereka dikenal sebagai Israel dan Yehuda, atau Yahudi oleh penulis Perjanjian Baru.
Sekarang hanya ada satu bangsa, bukan dua, seperti yang dinubuatkan dalam Yehezkiel 37: 15–23 dan dikonfirmasi oleh penulis Perjanjian Baru (lihat Roma 11: 1).
Catatan kaabah dimusnahkan di 70 Masehi selama masa penghancuran Yerusalem dan banyak orang Yahudi modern yang adalah keturunan dari mereka yang bertobat di Eropa selama Abad Pertengahan.
Daftar suku yang diberikan dalam Wahyu berbeda dengan catatan lainnya didalam Alkitab. Ada beberapa suku yang hilang, sementara yang lain telah ditambahkan ke dalam daftar.
Yusuf menerima dua bagian dari warisan-nya anak-anaknya yaitu Manasye dan Efraim masing-masing menjadi kepala suku di Israel.
Hal ini jadinya mengakibatkan ada 13 suku tetapi hanya 12 suku yang selalu tercantum karena suku Lewi tidak pernah diberikan warisan. Mereka mengurus perbendaharaan dari Allah dan tidak membutuhkan lahan sebagai warisan.
Tetapi daftar di Wahyu 7 membuat suku “Dan” dan suku “Efraim” dihilangkan sementara suku “Yusuf” dan suku “Lewi” disertakan.
Suku-suku Israel dalam Wahyu 7 tanpa suku Dan & Efraim
Angka dalam Wahyu memiliki makna simbolis dan 12 adalah angka kerajaan (lihat Wahyu 21: 10–17).
Kita telah melihat dalam Perjanjian Baru bagaimana bangsa Israel yang sejati -dalam arti rohani — terdiri dari para pengikut Yesus (lihat Galatia 3: 26–29; Roma 2:28, 29; Yakobus 1: 1).
Oleh karena itu, 12.000 dari masing-masing 12 suku yang tercantum dalam Wahyu 7: 5–8 (setara dengan 144.000) adalah sebuah cara simbolis untuk menggambarkan pengikut Kristus yang sejati.
Hal ini selaras dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan sebelumnya tentang bagaimana kitab Wahyu menggunakan bahasa Perjanjian Lama, tentang pengalaman bangsa Israel, untuk menggambarkan apa yang terjadi pada orang-orang Kristen dalam Perjanjian Baru.
Bahasa perang digunakan untuk menggambarkan 144.000. Mereka diatur dalam cara yang mirip dengan suku-suku israel yang siap tempur — , sebagaimana dicatat dalam Bilangan 31: 3–5.
Setiap suku memiliki 12 unit militer dari 1000 tentara, total 12.000 prajurit. Dengan 12.000 dari setiap suku, ini memberikan total 144.000. Mereka siap untuk pergi keluar untuk berperang melawan 200 juta.
Ingat, semua ini berbicara secara simbolis.
Ketika Yohanes mendengar jumlah 144.000 (lihat Wahyu 7: 4) dan 200 juta (lihat Wahyu 9:16), keduanya disebutkan dalam hubungannya dengan empat malaikat (lihat Wahyu 7: 2, 3 dan 9:15).
Ini adalah satu-satunya contoh dalam kitab Wahyu di mana kita memiliki gambaran yang tepat digunakan dengan cara ini.
Dalam artian, bahwa orang-orang akhir zaman ini mewakili semua umat Allah sepanjang zaman yang telah terlibat dalam peperangan rohani dan telah dimeteraikan, yang adalah, keseluruhan bangsa Israel dengan semua suku dan sub kelompoknya.
Di sini kita akan ditunjukkan perwakilan terakhir yang akan menghadapi kesusahan besar. Kita juga menemukan 144.000 disebutkan kemudian dalam Wahyu 14: 1–5, berdiri di bukit Sion.
Sekali lagi, jelas hal itu adalah simbol yang sedang digunakan, karena gunung Sion hanya seukuran lapangan sepak bola.
The Dome of the rock, yaitu sebuah situs kaabah bangsa yahudi yang kedua yang terletak di bukit sion pada era injil
Mereka mengikuti Anak Domba itu ke mana-mana sebagai sahabat-Nya yang khusus (lihat Wahyu 14: 4). Hal ini menunjukkan pengalaman mereka dalam banyak hal mungkin menyerupai apa yang telah dialami oleh Anak Domba.
Ketika kita melihat lebih dekat kepada kesusahan akhir, kita akan melihat berapa banyak pengalaman para pengikut Yesus menyerupai minggu sengsara Kristus. Sebagaimana dunia memperlakukan Yesus, demikian juga mereka akan memperlakukan para pengikut-Nya.
Lebih banyak lagi tentang hal ini akan terungkap ketika kita tiba pada Wahyu 13: 11–17.
Menghadapi pertempuran sehari-hari dalam kehidupan mereka
Mereka yaitu para pengikut yang sejati akan melakukan pertempuran dengan binatang dan patungnya. Mereka mengikuti Kristus bahkan dengan kemungkinan kehilangan nyawa mereka.
Tetapi dalam hal ini mereka siap untuk bertempur : mereka seperti tentara. Senjata-senjata yang digunakan untuk mengatasi musuh dalam pertempuran ini adalah kesaksian yang lahir dari contoh kehidupan yang mereka hidupkan sendiri (lihat Wahyu 12:11).
Menurut Wahyu 14: 4, kelompok ini tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan ⎯ mereka tetap menjaga kemurnian mereka. Sekali lagi, menggunakan simbolisme, ini adalah contoh bahasa Perjanjian Lama: sebelum pertempuran, pasukan Daud tidak akan mendekati wanita.
Saat kita melihat karakteristik suku-suku diwakili dalam Wahyu, kita memahami bahwa mereka hanyalah orang biasa dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Tetapi dalam Kristus, mereka tidak akan terkalahkan.
Selama mereka setia kepada Domba, kemenangan-Nya adalah kemenangan mereka.
Pertempuran dalam kehidupan Kristen adalah untuk tetap berpegang kepada Domba (lihat Wahyu 16:15).
Hal Ini menempatkan Injil di pusat konflik besar terakhir.
144.000 bukanlah yang pertama untuk dianiaya.
- Mereka bukan yang pertama dimeteraikan.
- Mereka bukan yang pertama menjadi tanpa cacat di depan takhta itu.
- Meskipun demikian umat yang sisa — dalam banyak hal mereka adalah mewakili orang-orang setia dari segala zaman.
Semua generasi umat Allah memiliki satu kesamaan: mereka semua perlu anugerah dan kemurahan Allah (lihat Efesus 2: 8, 9).
Kelompok orang banyak memakai jubah putih
Baca Wahyu 7:9–17
Dalam ayat-ayat ini, kita menemukan kelompok 144.000 sekarang disebut kelompok orang banyak yang mana tidak ada seorang pun yang dapat hitung jumlahnya, yang telah berhasil keluar dari masa kesusahan yang besar.
Mereka berdiri di depan Domba di hadapan takhta Allah, merayakan Hari Raya Pondok Daun.
Pesta ini pertama kali dirayakan oleh orang Israel ketika mereka tiba di Tanah Perjanjian. Hal Itu untuk mengingatkan mereka bahwa mereka pernah mengembara di gurun dengan tenda-tenda tapi sekarang, mereka berada di rumah. Perayaan hari raya ini di Yerusalem adalah dengan hidup didalam tenda-tenda dan melambaikan daun palem.
Jadi dalam Wahyu 7, para pengikut Yesus berada di “Tanah Perjanjian” mereka ⎯ berdiri di depan takhta dan menyembah Tuhan, mengenakan jubah putih dan memegang daun palem di tangan mereka.
Apa yang kita dapati dalam ayat ini adalah bahwa Yohanes menggunakan perangkat sastra untuk menggambarkan orang yang sama dengan dua simbol yang berbeda. Mirip dengan orang ber cermin, orangnya sama tetapi yang di kaca adalah bayangannya.
Perhatikan bagaimana Yohanes menggunakan teknik ini di tempat lain dalam Wahyu:
- Wahyu 1:10 ⎯ Yohanes mendengar suara seperti terompet. Dalam ayat 12 dan 13, ketika ia berbalik untuk melihat suara itu yang dilihat adalah Yesus.
- Wahyu 5: 5 ⎯ Yohanes mendengar suara Singa dari suku Yehuda. Dalam ayat berikutnya, tetapi yang ia lihat adalah seekor Anak Domba.
- Wahyu 17: 1 ⎯ Yohanes mendengar seorang pelacur besar itu, dalam ayat 3, yang ia lihat adalah seorang wanita duduk di atas binatang.
- Wahyu 21: 9 ⎯ Yohanes diceritakan tentang istri Anak Domba kemudian dalam ayat berikutnya, ia melihat Yerusalem Baru.
Sama seperti Yesus telah menang, mereka juga menang. Dia sekarang berbagi tahta-Nya dengan mereka.
Penghargaan kepada umat-Nya ini membuat kita menjadi semangat.
Apakah hal ini membuat anda lebih percaya?
Apa yang Wahyu 7 ungkapkan kepada kita
Wahyu 7 pada dasarnya adalah tentang mengingatkan orang-orang yang mengikuti Yesus untuk bersiap-siap menghadapi konflik terakhir.
Tuhan saat ini memegang kendali tetapi angin perselisihan akan segera datang.
Wahyu 7: 14–17 ⎯ Kita tahu bahwa mereka telah menang karena mereka telah mencuci jubah mereka di dalam darah Anak Domba. Mereka berdiri di hadapan Allah, tidak tergantung pada perbuatan baik mereka sendiri tetapi perbuatan baik Yesus. Mereka telah dibuat bersih di hadapan Allah, dicuci oleh darah pengorbanan Yesus, Anak Domba.
Wahyu 7:15 ⎯ Mereka berdiri di hadapan takhta dan melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya. Mereka adalah raja dan imam bagi Allah seperti yang dijanjikan (lihat Revelation1: 6 dan 5:10). Dalam Wahyu 20: 6, mereka terlihat menjadi anggota dewan Allah di surga, berpartisipasi dalam urusan pemerintahan alam semesta.
Wahyu 7:16 ⎯ Allah berjanji bahwa Dia “akan membentangkan tenda-Nya atas mereka.” Dengan menggunakan gambaran yang sama tentang bangsa Israel di padang gurun, Tuhan ingin menyatakan kepada umat-Nya bahwa pengalaman padang gurun mereka akan segera berakhir. Panas, lapar, haus dan air mata adalah bagian dari malapetaka kesusahan besar. Sekarang, mereka tidak perlu menghadapinya lagi.
Wahyu 7:17 ⎯ Seperti halnya seorang gembala, Anak Domba memimpin ternak — Nya kepada mata air kehidupan.
Sekarang mari kita ringkaskan apa yang telah kita baca:
Seruan nyaring ketika Yesus datang kembali adalah “Siapa yang dapat bertahan?” Wahyu 7 menjawab mempertanyakan itu, tetapi nanti ketika sampai di Wahyu 8: 1 barulah kita melihat meterai terakhir dibuka.
Dalam Wahyu 7, umat Allah siap untuk menghadapi pertempuran. Dalam pembukaan meterai, Yohanes menunjukkan cobaan dan penderitaan mereka akan berlalu, sama seperti pengalaman orang-orang kudus sepanjang zaman.
Banyak pertempuran yang dilakukan dalam peperang tetapi sekarang mereka akan menghadapi pertempuran besar yang terakhir: yaitu masa kesusahan yang besar.
Ini akan menjadi waktu yang sulit bagi umat Tuhan tetapi di sini mereka diberikan sebuah janji: mereka harus dimeterai oleh Allah sedemikian rupa untuk melindungi mereka.
Pada ayat 9, mereka telah melewati pertempuran.
Allah tidak menghindari mereka dari kesusahan tetapi Dia berjalan bersama mereka melalui kesusahan itu. Mereka mampu untuk pergi maju dan mengalahkan musuh oleh darah Anak Domba. Itulah yang selalu terjadi pada sepanjang sejarah.
Ayat 14 mengatakan mereka telah berhasil menang melalui masa kesusahan dan berada di surga untuk merayakan kemenangan. Mereka tidak akan lagi diatur dalam unit militer karena pertempuran telah berakhir.
Sepanjang zaman, umat Allah telah diperlakukan secara tidak adil.
Ingat, meterai kelima menggambarkan mereka berseru menuntut keadilan. Mereka diperintahkan untuk sabar sebentar sampai semuanya digenapi. Sekarang, mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan mereka merayakan hari raya Pondok Daun dengan cabang palem di tangan mereka.
“Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
Dia akan menuntun mereka kepada mata air kehidupan (lihat Wahyu 7:17).
Penulis : Dr. Jon Paulien & Dr. Graeme Bradford
Penterjemah : Michael Mangowal