Digital Marketing untuk Perbankan
Kinerja industri perbankan global lagi lesu pertumbuhan global periode 2015–16 hanya 3%, setengah dari periode sebelumnya . Sekarang malah makin sulit dengan munculnya perusahaan platform non-bank yang mengambil porsi keuntungan perbankan yang paling gemuk. kondisi ini disebut “New Reality” atau kenyataan baru. yaitu hadirnya pesaing kelas berat perusahaan “Platform” seperti Alibaba, Amazon, dan Tencent . Bank tidak bisa lagi menunda untuk membangun potensi digital dalam operasional nya. Sebagai langkah awal, mereka harus mengeksplorasi membangun keterampilan dalam pemasaran digital dan analisis “Digital Marketing and Analysis” agar dapat bersaing secara efektif. Transformasi digital skala penuh sangat penting, tidak hanya untuk keuntungan ekonomi tetapi juga untuk dapat berpartisipasi dalam fase digital banking berikutnya.
Munculnya perusahaan platform (FinTech)
Dengan lebih dari 1.000 start up keuangan, menunjukkan bahwa salah satu segmen dengan pertumbuhan tercepat adalah solusi pembayaran untuk perusahaan besar. Serentetan aliansi dan akuisisi antara bank ritel dan fintech membuktikan disegmen ini sudah sepenuhnya tergarap.
Sekarang giliran korporat banking, dengan kolaborasi antara Standard Chartered dan GlobalTrade, Royal Bank of Scotland dan Taulia, dan Barclays and Wave menunjukkan bahwa ketika inovasi memenuhi skala volume yang diperlukan, akan menghasilkan profit. Namun penekanannya disini masih kepada pemberdayaan business proses. Tidak menggantikan ( Disruptive). Untuk sementara hal ini mungkin tidak menjadi masalah.
Gagasan fintechs sebagai ancaman terhadap perbankan ritel mungkin surut. Tapi strategi baru yang diadopsi oleh perusahaan platform (FinTech) tersebut bahkan lebih menantang bagi bank inkumben.
Dengan menciptakan kemudahan2 baru bagi pelanggan, yang menjembatani berbagai industri kemudian menciptakan “ekosistem” yang mengurangi biaya pelanggan, meningkatkan kenyamanan, memberi mereka pengalaman baru, dan mengasah selera pelanggan lebih dan lebih lagi.
Perusahaan Platform seperti Alibaba, Amazon dan Tencent tidak hanya memiliki data yang luar biasa besarnya yang mereka dapatkan dengan efektivitas yang luar biasa, tetapi yang lebih mengkhawatirkan bagi bank, adalah para pelanggan seringkali menganggap Perusahaan Platfrom itu lebih penting ketika membuat pilihan2 dan keputusan2 perihal keuangan mereka ( customer journey) .
Contohnya Rakuten Ichiba, pasar online ritel terbesar di Jepang. Mereka membagikan poin atau kupon dan e-money yang bisa digunakan di ratusan ribu toko, baik toko virtual dan toko fisik. Mereka mengeluarkan kartu kredit bagi puluhan juta anggota. menawarkan produk dan layanan keuangan untuk beli rumah sampai beli saham. Rakuten Ichiba juga menjalankan salah satu portal online Travel terbesar di Jepang- dan juga aplikasi chatting, Viber, yang memiliki sekitar 800 juta pengguna di seluruh dunia.
Demikian juga, Alibaba bukan hanya perusahaan e-commerce tetapi juga merupakan manajemen aset, pemberi pinjaman, perusahaan pembayaran, layanan B2B , dan penyedia penyewaan yang besar.
Tencent juga masuk, mulai dari basis layanan chatting
Dan Amazon terus menantang saingannya dengan bergerak ke dalam bidang Cloud, logistik, media, barang elektronik, dan bahkan ritel dan pinjaman dan anjak piutang untuk usaha kecil dan menengah.
Perusahaan-2 ini mengaburkan batas-batas industri tradisional. Dengan pengalaman melayani pelanggan mereka yang superior (Digital Marketing), mereka dapat menjual produk yang lebih luas kepada pelanggan setia mereka.
Sisi manufaktur memudar dari pandangan, karena perusahaan platform semakin mendominasi disisi distribusi, menyediakan berbagai macam produk dan layanan dari satu platform.
Tantangan bagi perbankan, ikut dalam ekosistem yang baru ini atau lawan?
Tentunya sulit bagi Bank untuk melawan perusahaan2 teknologi . Namun ada satu hal yang masih dipegang oleh Bank. yaitu kepercayaan masyarakat. Riset menunjukkan bahwa masyarakat lebih percaya kepada perbankan untuk menyimpan uang mereka.
dan yang kedua, untuk “sementara waktu”, Bank masih beruntung memiliki data2 transaksi pelanggan yang luarbiasa nilainya.
Sekarang sudah mulai bermunculan cerita suksesnya perbankan yang mulai membangun platform mereka sendiri.
Perusahaan Riset Burning Glass Tech, mengatakan bahwa
antara 2016 and 2017, terdapat lonjakan 115% tawaran kerja bagi blockchain skil . Hampir 4,000 pekerjaan yang terkait blockchain. Blockchain adalah mata uang digital yang semakin populer.
Tidak lama lagi kita akan melihat penawaran2 produk untuk bersaing melawan perusahaan Platform seperti Alibaba dan Amazon.
Untuk itu, bank harus sepenuhnya memberdayakan alat alat digital (digital tools) yang sekarang tersedia . Memanfaatkan kekuatan baru pemasaran berbasis data (Digital Marketing) , alat-alat digital untuk para sales, otomatisasi proses robot, Cloud computing atau komputasi awan, aplikasi (Apps), dan semua alat lain yang tersedia sekarang merupakan langkah penting bagi bank.