Bait Allah di Surga

Michael Mangowal
11 min readApr 30, 2021

--

Yohanes mengambil pesan tersebut dari kitab gulungan yang terbuka dan memakannya. Mulanya manis, lalu berubah menjadi pahit ketika masuk kedalam perut.

Injil membawa hal yang manis, namun dapat berubah menjadi kepahitan ketika kita membagikan kepada orang lain. Kepahitan ini terlihat jelas pada pengalaman kedua saksi yang di hukum mati. kita melihat disini gereja mengikuti jejak kaki Allah mereka.

Sebagaimana cara mereka menyiksa Yesus, demikian juga yang akan dilakukan terhadap Gereja Nya.

Pengalaman Gereja ketika, mereka membuat seruan Injil yang terakhir memanggil penduduk bumi, adalah fokus utama dari pasal pasal yang berikut di Wahyu.

Pasal 11 seolah merupakan pengantar; pasal 12 sampai 22 menggambarkan pengalaman ini dan konflik terakhir perihal ibadah. Adalah penyebaran injil yang menjadi penyebab utama perlawanan pasukan anti Kristen.

Sebelum kita melangkah lebih jauh mencari lebih banyak tentang peristiwa akhir di planet Bumi, ada khayal yang lain di surga yang perlu ditelusuri.

Memahami Gambaran Kaabah Perjanjian Lama dalam Wahyu

Baca Wahyu 11: 15–19

Kita akan fokus pada adegan yang terdapat dalam Wahyu 11:19 dan maknanya bagi kita sekarang.

Ini adalah gambaran dari tempat kudus di surga. Yang menggambarkan upacara yang terjadi hanya setahun sekali pada Hari Pendamaian/ Day of Atonement.

Hal ini penuh dengan gambaran megah tapi dramatis seperti yang ada di film-film: kilatan petir, gemuruh guntur, gempa bumi dan hujan es besar. Di tengah semua ini, kita melihat Tabut Perjanjian terungkap dalam kilatan petir.

Untuk memahami pentingnya adegan ini, kita perlu melihat kembali pada layanan di kaabah yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Dibandingkan dengan topik-topik lain, maka Topik Pelayanan di Kaabah adalah yang paling banyak ditulis di dalam Alkitab.

Sebagai contoh, Buku Keluaran dan Imamat dimana pasal demi pasal menjelaskan pelayanan di Kaabah. Lalu ada Kitab Ibrani dalam Perjanjian Baru menjelaskan apa arti semua ini bagi orang Kristen.

Seperti yang kita telah ditemukan sejauh ini, Kitab Wahyu berlimpah dengan gambaran dari layanan kaabah dan upacara-2 / Festival Yahudi.

Setiap adegan dimulai dengan apa yang terjadi di kaabah surgawi dan kemudian menyatakan kepada kita apa yang akan terjadi di bumi.

Setiap adegan Kaabah adalah penting karena, apabila dipahami dengan benar , akan membantu kita melihat lebih jelas apa yang telah dilakukan, sedang dilakukan, dan yang akan dilakukan Yesus bagi kita.

Penglihatan khayal mengungkapkan adegan yang terdapat dari gambaran kaabah di surga. Di sinilah pertama kali kita menemukan Yesus dalam Wahyu 1, digambarkan sebagai imam dibilik yang suci , yang berjalan di antara ketujuh kaki dian.

Fokus pada apa yang akan terjadi

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Yohanes telah menyediakan apa yang kita sebut “ ayat petunjuk arah” untuk membantu agar kita tidak keluar jalur ketika mempelajari nubuatan Wahyu.

Dalam sesi ini, kita akan melihat dua “ayat petunjuk” yang sangat signifikan yang akan membantu kita menelusuri paruh kedua buku ini.

Mari kita lihat ayat-ayat untuk sesi ini dan lihat bagaimana mereka berhubungan dengan apa yang telah kita temukan sebelumnya dalam Wahyu.

Sesi yang lalu, kita telah selesai dengan dibunyikan nya sangkakala ketujuh dalam Wahyu 11: 15 — saat dimana Allah melangkah untuk campur tangan ke dalam sejarah manusia dan menetapkan kerajaan-Nya.

Referensi ini tersambung dengan Wahyu 10: 5–7, di mana malaikat mengumumkan isi buku yang dimeteraikan sehubungan dengan penyelesaian misteri Allah.

Simbol dari dua saksi menunjukkan bagaimana pengikut Kristus telah menyatakan kepada dunia selama periode waktu yang panjang. Tetapi sekarang kita sampai pada akhir proklamasi bahwa: bunyi sangkakala yang ketujuh mengumumkan bahwa misteri Allah telah selesai.

Mereka yang menghadapi kesedihan atau kesulitan di mana saja di dunia dapat menghargai pesan dari sangkakala ketujuh.

Dunia adalah milik Allah dan Dia akan mengambil alih kekuasaan sepenuhnya pada waktu yang tepat.

Ketika Dia melaksanakan hal itu, Dia akan memperbaiki semua kesalahan sejarah, menghancurkan semua perlawanan terhadap pemerintahan-Nya.

Allah akan memberkati baik yang kecil dan besar — sama seperti ketika Dia akan memberi hukuman baik besar dan kecil.

Setelah bunyi sangkakala yang ketujuh, tiba waktu pujian yang datang dari 24 tua-tua di sekitar takhta Allah (lihat Wahyu 11 ayat 16–18).

Untuk itu, apa yang dapat kita pelajari tentang paruh kedua Wahyu dari ayat-ayat ini? Mari kita lihat Ayat Petunjuk kita, yang merangkum apa yang akan datang.

Meninjau paruh kedua kitab Wahyu

Kata-kata Wahyu 11: 16–18 mengungkapkan kepada kita akan isi dari paruh kedua Kitab Wahyu.

Kekuatan-kekuatan dunia ini, ⎯ baik agama dan sekuler, ⎯ akan bekerjasama melawan Allah di surga dan umat-Nya, tetapi Allah akan masuk dan menghancurkan kekuatan-kekuatan dunia untuk menyelamatkan dan memberikan upah keselamat bagi umat-Nya.

1. Bangsa-bangsa marah. Wahyu 12:17 berbicara tentang naga yang membawa murka pada wanita (pengikut Yesus). Wahyu 13 berbicara tentang ujian kesetiaan terakhir perihal ibadah. Jika pengikut Yesus tidak mematuhi kekuasaan duniawi mereka akan dihukum mati.

2. Murka Allah telah tiba. Wahyu 15 memperkenalkan tujuh malapetaka terakhir, yang digambarkan sebagai murka Allah.

3. Waktu untuk mengadili orang yang telah lebih dahulu mati. Dalam Wahyu 20:12, orang yang telah mati, bangkit berdiri menghadap pengadilan takhta putih yang besar.

4. Waktunya untuk memberikan upah kepada orang-orang kudus. Wahyu 21 dan 22 menunjukkan kepada kita bumi yang baru, yang merupakan hadiah bagi umat Allah.

5.Mereka yang telah merusak bumi akan dimusnahkan. Wahyu 19: 2 menggambarkan bagaimana pelacur besar telah merusak bumi. Wahyu 20 menggambarkan tentang kehancuran orang fasik.

Isu-isu Penting

Beberapa isu-isu penting juga diungkapkan di sini. Ayat 19 membantu mengidentifikasi beberapa isu-isu tersebut dengan penggambaran dari Tabut Perjanjian.

Kita telah melihat pada sesi sebelumnya bagaimana perjanjian yang dibuat dengan Israel menentukan gambaran peristiwa dilepasnya meterai serta konsekuensi-2 nya, yang kini turun pada mereka yang tidak setia.

Perjanjian Lama menceritakan kisah bagaimana Allah dalam banyak kesempatan telah memperbaharui perjanjian-Nya dengan Israel karena mereka terus melanggar perjanjian itu. Perang, kelaparan dan binatang liar semua adalah bagian dari upaya Allah untuk membawa Israel kembali kepada-Nya dan memelihara hubungan perjanjian-Nya dengan mereka.

Semua itu Allah lakukan demi untuk meletakkan hukum dalam hati dan pikiran umat-Nya.

Baca Yeremia 31: 31–33

Menurut anda apa maksud ayat itu ?

Pada zaman Perjanjian Lama, Tuhan harus terus memperbaharui perjanjian-Nya dengan Israel karena kegagalan mereka untuk masuk ke dalam perjanjian ketika hal itu ditawarkan kepada mereka. Perhatikan apa yang dikatakan oleh ayat yang terdapat dalam Yeremia ketika diulang dalam Ibrani 8: 7–12 dan diterapkan kepada orang-orang Kristen saat ini.

Dalam ayat 9, dikatakan bahwa Allah harus menawarkan perjanjian-Nya lagi karena kegagalan Israel untuk masuk ke dalam perjanjiannya dengan benar. Kesalahan nya terjadi pada tanggapan mereka, bukan dengan apa yang Tuhan telah tawarkan. Tuhan tidak pernah menawarkan sesuatu yang salah; Dia harus menawarkan perjanjian-Nya lagi sambil mencari respon yang tepat dari umat-Nya.

Dalam kedua bahasa Ibrani dan bahasa Grika, kata yang digunakan di sini untuk mengekspresikan kata perjanjian baru adalah juga kata-kata yang menunjukkan pembaharuan. Sama seperti ketika menggunakan kata-kata untuk menggambarkan mobil bekas namun model baru dibandingkan dengan mobil baru dengan model yang sama sama baru.

Allah sadar bahwa Dia perlu memperbarui perjanjian-Nya karena kegagalan umatNya untuk masuk ke dalamnya. Dia benar-benar menawarkan perjanjian yang sama lagi.

Satu rencana keselamatan

Allah selalu ingin menulis hukum dalam hati dan pikiran kita.

Allah memperkenalkan hanya satu rencana keselamatan. Terlepas dari kapan waktunya kita hidup dalam sejarah, semua orang yang ke surga dapat tiba di sana hanya karena Yesus.

Surga tidak akan dibagi menjadi: orang-orang yang hidup sebelum salib dan harus bekerja keras mematuhi hukum untuk sampai ke sana; dan mereka yang hidup setelah salib yang cukup dengan percaya pada Yesus. Kita semua diperlakukan dengan cara yang sama.

Jadi, bagaimana orang-orang yang hidup sebelum salib belajar dari Yesus?

Mereka belajar tentang Yesus melalui pelayanan bait suci. Hewan-hewan kurban yang dipersembahkan adalah untuk mengajar mereka bahwa suatu hari kelak seseorang akan mati untuk mereka agar mereka dapat diampuni. Begitulah cara mereka mendengar Injil dalam Perjanjian Lama.

Dalam kitab Wahyu sejauh ini, kita telah pelajari bahwa ketika Israel mengembara jauh dari Allah, mereka menerima kutukan perjanjian untuk membantu membawa mereka kembali kepada Allah.

Dengan demikian perjanjian adalah bagian penting dari gambaran di dalam Wahyu. Dengan latar belakang pemikiran ini kita dapat melihat pentingnya adegan peristiwa dalam ayat 19.

10 perintah Allah

Ketika Kristus mati, terjadi gempa bumi dan Bilik yang Maha Kudus didalam Kaabah di bumi terbuka lebar (lihat Matius 27:51).

Dalam Wahyu 11:19, kita kembali mendapatkan “gempa bumi dan Bilik yang Maha Kudus dari bait suci surgawi terbuka”. Ini adalah gambaran yang berasal dari Day of Atonement / Hari Pendamaian.

Pada akhir dari tahun kalender agama Yahudi, ketika Imam masuk ke dalam Bilik yang Maha Kudus , hal itu mewakili hari penghakiman bagi seluruh Israel. Tabut Perjanjian yang ditemukan di dalam Bilik yang Maha Kudus, yang berisi Sepuluh Hukum — sebagai dasar dari perjanjian.

Kitab Wahyu menggunakan tiga istilah yang menyiratkan Sepuluh Perintah Allah:

  • Tabut Perjanjian (Wahyu 11:19)
  • Kemah Kesaksian (Wahyu 15: 5)
  • Hukum-hukum Allah (Wahyu 12:17; 14:12).

Istilah-istilah ini juga digunakan dalam Perjanjian Lama untuk merujuk pada Sepuluh Perintah Allah. Perhatikan dalam Keluaran 34:28, 29, ketiga istilah yang digunakan untuk dua loh batu diterima dari Tuhan di Gunung Sinai. Sekali lagi, dalam Keluaran 40:20, Musa menempatkan meja kesaksian dalam bahtera.

Ketika kata-kata ‘kesaksian,’ ‘perjanjian’ dan ‘perintah’ yang digunakan dalam hubungannya dengan Bait Suci, maknanya selalu berlaku untuk Sepuluh Perintah Allah.

Sementara kitab Wahyu tidak menyebutkan istilah ‘Sepuluh Perintah’ secara khusus , kita tahu ini adalah apa yang dimaksud di pada gambaran Kaabah Perjanjian Lama.

Perjanjian Allah, Hukum dan Konflik terakhir

Ketika kita mendekati konflik terakhir, kita akan melihat betapa pentingnya ketaatan kepada hukum Allah. Perhatikan lagi struktur kitab Wahyu:

A. Gereja yang agresive, pasal 1–3

B. Perang Dimulai, pasal 4–8: 1

C. Sangkakala Panggilan untuk Menyerah, pasal 8: 2–11: 17–19

D. Ringkasan tentang Perang, pasal 12: 1–14: 20

C. Pengampunan Berakhir dan Penghakiman dimulai, pasal 15–18

B. Menang Perang , pasal 19 − 20

A. Gereja Bergembira, pasal 21 − 22

Perhatikan bagaimana poin-poin di awal [A] dan akhir [A] sejajar satu sama lain seperti halnya kedua [B] dan ketiga [C] sampai Anda mencapai pusat [D].

Yohanes sedang membawa kita ke bagian D -Synopsis / Ringkasan Perang. Dalam Wahyu 12: 1–14: 20 kita melihat adegan peristiwa terakhir menuntun kita untuk memahami apa yang akan terjadi.

Setelah meninggalkan hub [D], yang merupakan krisis akhir perihal ibadah, kita menemukan Ayat Penuntun, yang menunjuk kembali ke tempat di dalam Wahyu 15: 5.

Sekali lagi kita melihat rumah Allah yang di sorga. Kali ini disebut “Kemah dari Kesaksian” yang merupakan cara lain untuk menunjuk kepada Sepuluh Perintah Allah.

Seolah-olah kita diberikan keterangan pembukaan atas konflik yang akan segera terjadi (lihat ayat 11:19). Kemudian , setelah konflik dan konsekuensi yang akan dihadapi, kita dibawa kembali untuk memastikan apakah kita mengerti apa yang telah terjadi.

Sekali lagi, kita melihat Tempat yang Maha Kudus dari bait surgawi (lihat ayat 15: 5–8) dan itu disebut Tabernakel Kesaksian atau Sepuluh Perintah Allah.

Seolah-olah 11:19 dan 15: 5–8 membentuk kerangka sekitar pasal 12- 14. Kedua ayat ayat tersebut terdapat didalam Bilik yang Maha Kudus dan keduanya mencakup manifestasi dari kemuliaan Allah yang mengingatkan pemberian hukum di Gunung Sinai.

Adegan mengagumkan dalam Wahyu 11: 19 — berikut semua efek dramatis dari guntur, petir, gempa bumi dan hujan besar badai- adalah cara untuk mengatakan kepada kita bahwa paruh kedua buku ini akan menampilkan krisis agama.

Gulungan kitab perjanjian itu disimpan berdampingan dengan Tabut Perjanjian (lihat Ulangan 31: 24–26). Sebelumnya, kita telah melihat tujuh gulungan yang disegel dengan meterai, yang dibuka oleh Domba, yang memiliki hubungan dengan kitab perjanjian.

Perwujudan fisik yang diberikan dalam ayat ini mirip dengan apa yang menyertai pemberian Sepuluh Hukum Perintah dan penulisan kitab perjanjian di Sinai (lihat Keluaran 20:18).

Penurutan kepada Sepuluh Perintah Allah, sebagai tanggapan akan penerimaan kita terhadap Yesus, sangatlah penting

Dalam Wahyu 12, naga membawa masa penganiayaan yang sangat sulit kepada pengikut Yesus sepanjang sejarah. Pada akhirnya, ayat 17 menyatakan bahwa ia pergi untuk berperang dengan mereka yang mematuhi perintah-perintah Allah.

Wahyu 13 menggambarkan ujian terakhir ketaatan kepada hukum Allah. Keempat hukum yang pertama — kadang disebut sebagai meja pertama (loh batu pertama) dari hukum — yang merupakan fokus kita di sini.

Konflik Akhir zaman yang terungkap dalam Wahyu 13 adalah di mana kita juga dapat melihat bahwa keempat hukum Allah yang pertama adalah bagian dari konflik. Anda dapat temukan Hukum-hukum ini tercantum dalam Keluaran 20: 3–11.

Mereka menyembah binatang itu dalam ayat 8. Hukum manakah yang mereka langgar?

Mereka menyembah patung dalam ayat 15. Hukum manakah yang mereka langgar?

Dalam ayat 6 binatang yang mereka sembah menghujat nama Allah. Apa yang dikatakan oleh hukum ketiga tentang hal ini?

Bagaimana dengan hukum keempat?

Perintah keempat memberikan Rincian waktu untuk ibadah dan bahwa hari ketujuh adalah hari Sabat (lihat Keluaran 20: 8–11).

Kita akan melihat hal ini lebih jelas lagi sebagai masalah di akhir zaman ketika kita melihat pesan khusus dari Tuhan kepada umat-Nya untuk dikabarkan (lihat Wahyu 14).

Pentingnya Sepuluh Perintah Allah

Dalam Wahyu 14:12, umat Allah diidentifikasikan sebagai orang-orang yang mematuhi perintah-perintah Allah.

Jadi fokusnya disini kita melihat setidaknya tiga hukum pertama dari 10 hukum. Masalah utama disini adalah “ibadah,” kata yang sering berulang dalam Wahyu 13.

Krisis besar terakhir akan melibatkan “siapa”, “bagaimana” dan “kapan” kita menyembah.

Dalam Wahyu 13 kita akan melihat faktor “kapan” sebagai faktor penyembahan yang muncul menjadi fokus utama, seperti yang juga telah dijelaskan dalam hukum keempat (lihat Keluaran 20: 8–11). Di katakan untuk mengingat hari Sabat dan kuduskanlah.

Kita harus ingat, Tuhan adalah Dia yang menciptakan langit dan bumi, dan mata air.

Kita tidak akan melihat secara mendalam pada hukum keempat sekarang tetapi mari kita lihat apakah kita dapat menemukan petunjuk mengenai ibadah sebagai isu akhir zaman.

Dalam Wahyu 14: 6, 7, respon Allah terhadap krisis adalah untuk mengirim pesan dengan panggilan untuk menyembah Pencipta kita.

Kitab Wahyu tidak menggunakan kutipan langsung dari ayat-ayat Perjanjian Lama. Sebaliknya, Kitab Wahyu menggunakan konsep Allude (menyinggung / menyindir) gagasan atau ide yang terdapat dari Perjanjian Lama dengan kata, frase, nama, tempat atau beberapa unsur penting lainnya.

Jarang sekali terdapat lebih dari dua atau tiga kata dalam satu ayat. Biasanya, jumlah kata yang muncul dari konsep Allude (menyinggung / menyindir) merupakan ukuran kekuatan hubungan-nya dengan ayat di Perjanjian Lama.

Tetapi Wahyu 14: 6, 7 memiliki salah satu Allusion (sindiran) terkuat ke ayat di Perjanjian Lama, Echoing (menggemakan) hukum keempat seperti yang terdapat dalam Keluaran 20: 8–11.

Tuliskan kata-kata yang berhubungan dengan ibadah yang menghubungkan kedua ayat. Bandingkan kata-kata dalam Keluaran 20: 8–11 dengan Wahyu 14: 7.

Ayat 6 berbicara tentang Injil yang kekal. Berikut adalah respons yang ideal kepada Injil yang Kekal ⎯ kita beristirahat dari pekerjaan kita sama seperti yang Tuhan lakukan dari pekerjaan-Nya. Tetapi hanya mereka yang beristirahat di dalam Kristus untuk keselamatan mereka benar-benar dapat menjaga hukum ini.

Mereka yang “memelihara hari Sabat” sedang mengikuti jejak Yesus. Yesus memelihara hari Sabat. Bahkan, sebagai Pencipta yang dijelaskan dalam Kejadian, Dia adalah orang yang menciptakan hari Sabat (lihat Yohanes 1: 1–3, 10, 14).

Kristus dari Kalvari adalah sang Pencipta

Perhatikan bagaimana kisah kematian Yesus yang bahkan terhubungkan dengan kisah penciptaan di buku Kejadian.

  • Allah menjadikan manusia dalam gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26)
  • Manusia yang pertama diciptakan telah berdosa terhadap sang pencipta (Kejadian 2:8)
  • Pada hari ke enam, Allah menyelesaikan semuanya dan berhenti (Kejadian 2:1)
  • Hari yang pertama setelah Adam dan Hawa diciptakan yang adalah hari Ketujuh dalam minggu penciptaan, dipakai seluruhnya untuk bersama-sama dengan sang Pencipta dan mereka beristirahat (Kejadian 1:27, bandingkan dengan kejadian 2:2)

Bandingkan dengan yang berikut ini:

  • Yesus secara sempurna memantulkan citra Allah (Yohanes 14:9; Ibrani 1:3; Kolose 1:15)
  • Yesus di salibkan untuk membayar upah dosa seluruh umat manusia (Yohanes 19:4)
  • Pada hari ke enam, Dia berseru ;”Sudah Genap” (Yohanes 19:30)
  • Kemudian Dia beristirahat didalam kubur pada Hari Sabat (Yohanes 19:42)

Memahami Rahmat Allah

Terbukanya ruangan Yang Maha Kudus dan Tabut Perjanjian, seperti yang ditunjukkan dalam Wahyu 11:19, mengingatkan kita akan rahmat Allah terhadap kita.

Tabut Perjanjian memiliki “tutup pendamaian” (Mercy Seat) diatasnya di mana keadilan dan belas kasihan bertemu. Ini adalah konsep yang sangat penting dalam rencana Allah untuk menolong kita.

Jika Tuhan memberi kita hanya keadilan apa yang akan menjadi penghakiman atau penilaian kita? Semua manusia membutuhkan rahmat-Nya.

Penulis : Dr. Jon Paulien & Dr. Graeme Bradford

Penterjemah : Michael Mangowal

Lanjut Sesi#14: Bulan, Perempuan dan Monster

--

--